SIMALUNGUN, iNewsMedan.id - Warga dikejutkan dengan penemuan mayat perempuan di Tali Air Irigasi yang terletak di perbatasan Huta II Nagori Bandar Siantar dan Huta IV Nagori Dolok Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada Sabtu (10/8/2024) pagi.
Kapolsek Bangun, AKP Esron Siahaan, mengatakan jasad korban bernama Mega Pertiwi pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Sumardi (35) saat sedang melintas di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) pada pukul 09.00 WIB.
Sumardi awalnya mencium bau tidak sedap hingga membuatnya ingin mencari tahu asalnya. Ia pun terkejut saat menemukan mayat Mega, yang dalam keadaan telanjang dan mulai membusuk, terjepit di antara dedaunan dan sampah yang menggenang di saluran irigasi.
Alhasil, Sumardi meminta bantuan dari penduduk setempat untuk memberitahukan penemuan jasad korban tersebut kepada warga. Tak lama kemudian, banyak warga datang ke lokasi untuk menyaksikan kejadian itu secara langsung.
Kemudian, warga yang menyaksikan langsung menutupi mayat dengan daun pisang sembari menunggu pihak kepolisian tiba di TKP.
"Atas laporan dari Pangulu Bandar Siantar, Toib, personel Polsek Bangun langsung turun ke TKP dan mengevakuasi jenazah tersebut. Di lokasi, kami juga memasang garis polisi untuk mengamankan area," ungkap Esron.
Esron menambahkan bahwa petugas medis dari Puskesmas Bandar Siantar turut hadir di TKP untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap jenazah korban.
"Hasil pemeriksaan medis tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh Mega Pertiwi, yang memperkuat dugaan bahwa kematiannya bukan akibat tindak pidana," ungkap Esron.
Dugaan ini semakin kuat, tambah Esron, setelah petugas menginterogasi keluarga korban. "Dari hasil interogasi, diketahui bahwa Mega Pertiwi telah menderita penyakit epilepsi selama dua tahun terakhir," jelas Esron.
Menurut keterangan kedua orang tua Mega, Satiran dan Sumiati, korban masih sempat mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum hilang pada hari sebelumnya, Jumat, 9 Agustus 2024.
"Saat terakhir kali terlihat oleh ayahnya pada pukul 14.30 WIB, Mega sedang berada di rumah mereka di Huta IV Nagori Dolok Malela. Saat Mega tidak kembali hingga malam hari, keluarganya mulai khawatir," ujar Esron.
"Namun, mereka tidak langsung melapor ke pihak berwajib karena mengira Mega pergi ke rumah bibinya di Tebing Tinggi untuk mencari pekerjaan," sambung Esron.
Kekhawatiran tersebut pun berubah menjadi kesedihan mendalam ketika mereka akhirnya mengetahui bahwa mayat yang ditemukan di Tali Air Irigasi tersebut adalah Mega Pertiwi.
"Identitas Mega dipastikan oleh ayahnya, Satiran, yang mengenali wajah putrinya di TKP," ujar Esron.
Menyadari riwayat penyakit epilepsi yang diderita Mega, lanjut Esron, pihak keluarga menerima dengan ikhlas kepergian korban. Mereka menyadari kematian korban kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit tersebut, yang mungkin memicu tenggelamnya Mega di irigasi.
"Mereka memutuskan untuk tidak melakukan visum et repertum dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. Jenazah Mega Pertiwi kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Huta IV Nagori Dolok Malela untuk disemayamkan," jelas Esron.
Esron juga menegaskan bahwa kasus ini ditutup sebagai kasus non-pidana. Mengingat tidak adanya indikasi kekerasan yang terlibat.
"Proses evakuasi dan penanganan di lokasi kejadian berlangsung dengan lancar berkat kesigapan aparat kepolisian dan kerja sama masyarakat setempat," ujar Esron.
"Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi warga untuk selalu waspada dan menjaga anggota keluarga yang memiliki kondisi kesehatan yang rentan, seperti epilepsi, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan," tandas Esron.
Editor : Odi Siregar