MEDAN, iNewsMedan.id - Kisah inspiratif Naufal Badi Alam dalam meraih sederet prestasi patut dicontoh. Sebab, siswa kelas 12 SMA Sains Wahid Hasyim Yogyakarta ini merupakan awardee Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Angkatan 3 yang memiliki berbagai prestasi ajang talenta di bidang riset dan inovasi.
Tak hanya itu, ia juga merupakan seorang santri yang tinggal di pondok pesantren selama 6 tahun dan tumbuh di keluarga yang sederhana.
Meski sang ayah seorang satpam dan ibunya sebagai ibu rumah tangga (IRT), kini Naufal telah mendapatkan 5 Letter of Acceptance dari Perguruan Tinggi Luar Negeri dan sedang mengikuti seleksi ke tahap beasiswa bergelar.
“Normalnya kalau santri sangat lekat dengan stereotip sebagai seseorang yang hanya bisa mengaji. Padahal, sebenarnya santri lebih dari itu, dengan menjadi santri saya tidak hanya bisa mengabdi kepada kyai, tapi juga bisa berprestasi di bidang riset dan inovasi,” ujar Naufal.
Naufal punya mimpi berkuliah di luar negeri sejak masa kanak-kanak. Ia banyak membeli buku soal kehidupan mahasiswa, cara mendapatkan beasiswa, hingga menonton konten kreator yang kuliah di luar negeri.
“Rasanya seperti mustahil untuk mencapai itu semua dikarenakan biaya yang mahal untuk kuliah ke luar negeri. Akan tetapi, mimpi tetaplah akan menjadi mimpi dan halusinasi jika kita tidak memiliki usaha dalam meraihnya,” ungkap Naufal.
Melalui media digital, ujar Naufal, dirinya mencari informasi tentang beasiswa kuliah di luar negeri. Ia meyakini bahwa semua beasiswa cenderung menerima siswa yang memiliki gairah, tekad, dan prestasi akademik atau non akademik yang baik selama di masa sekolah.
Maka dari itu, sambung Naufal, ia memiliki ambisi yang sangat kuat untuk meraih prestasi di berbagai kompetisi riset dan inovasi ketika memasuki SMA. Alasannya memilih bidang sosial karena dapat melatih dirinya sendiri.
“Itu alasan saya memilih bidang tersebut karena di bidang tersebut melatih kita untuk tidak hanya sekedar pintar, tetapi juga melatih kita untuk memiliki jiwa kepekaan yang sangat tinggi dan memiliki keinginan besar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat yang ada, terutama saya sendiri memfokuskan riset saya di bidang sosial,” terang Naufal.
Perjalanan prestasi Naufal dimulai pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2022. Bahkan, Naufal ditawarkan oleh gurunya beasiswa penelitian OPSI dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) pada Desember 2021.
“Saya melihat ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk saya, rasanya sangat rugi jika disia-siakan. Dalam dua minggu, saya membuat proposal dan mengajak teman saya untuk menjadi partner peneliti yang menghasilkan projek ‘Analisis Kinerja Manajemen Marketing Produk UMKM Dengan Pengaplikasian Big Data Menggunakan Metode Klastering K-MEANS di Kabupaten Sleman’,” tutur Naufal.
Naufal mengungkapkan pentingnya sebuah sistem manajemen pemasaran dioperasikan kepada UMKM. Di mana, sistem digital turut memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan UMKM serta kesenjangan antara usaha besar dan UMKM menjadi titik fokus dalam projek tersebut.
“Setelah melalui berbagai proses seleksi, alhamdulillah kami mendapatkan beasiswa penelitian dari pemerintah berupa pendanaan penelitian serta bimbingan penelitian oleh Yayasan Sagasitas Indonesia,” kata Naufal.
Naufal menjelaskan bahwa projek tersebut menghabiskan waktu selama 6 bulan untuk diteliti, mengunjungi berbagai UMKM, serta mengumpulkan berbagai data pemasaran dan hasil penjualan yang dilakukan.
“Setelah itu, pada proses pengajuan proposal alhamdulillah kami lolos. Tidak berhenti sampai saat itu, kami melakukan kajian lagi lebih dalam untuk membuat penulisan karya utuh, yang mana sayangnya ketika memasuki tahap semifinalis kami harus menerima kegagalan,” tambah Naufal.
Menurut Naufal, kegagalan itu tidak menurunkan semangatnya, namun menjadi cambukan besar untuk meraih prestasi lebih. Hal itu ia buktikan dengan tetap mengikuti berbagai kompetisi inovasi internasional dan melanjutkan projek yang telah dibuat.
“Penting untuk selalu melakukan evaluasi dan pengembangan baru terhadap projek tersebut, yang mana hasilnya kami melahirkan sebuah projek inovasi baru yaitu ‘MEGS: MSMEs and Big Companies Digital Application For Partnership’,” ujar Naufal.
Lebih lanjut, Naufal menyampaikan bahwa inovasi dalam projek terbarunya memfokuskan kepada cara memudahkan kemitraan untuk UMKM dan usaha besar. Sehingga menghasilkan proses kemitraan efisien dan efektif serta dapat menekankan biaya, meningkatkan keuntungan dari kedua belah pihak. Kemudian, kedua belah pihak mendapatkan rekomendasi mitra usaha yang baik karena dilakukan secara digital.
“Alhamdulillah satu kegagalan seribu keberuntungan. Dengan projek ini saya mendapatkan empat medali Internasional," ungkap Naufal.
Adapun sederet prestasi Naufal di dunia internasional sebagai berikut:
1. Gold Medal Indonesia Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2. Silver Medal World Youth Invention and Innovation Award dari Universitas Sarjanawiyata dan Universitas IPB
3. Bronze Medal International Greenwhich Olympiad dari North London Grammar School
4. Bronze Medal Asean Innovative Science, Environmental and Entrepreneur Fair dari Universitas Diponegoro.
Sementara penghargaan di lingkup nasional sebagai berikut:
1. Medali Emas National Applied Science Project Olympiad dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2. Penghargaan Spesial dari Yayasan Prestasi Pendidikan Indonesia
Naufal menerangkan bahwa BIM merupakan kunci untuk meraih kesuksesannya. Menurutnya, dengan berbekal pengalaman yang ia dapatkan melalui BIM, ia merasa mantap dan bersemangat untuk dapat melanjutkan studinya di luar negeri.
“Ketika saya kelas 11, saya ingat kakak kelas saya sebagai awardee BIM Angkatan 2 yang saat ini sudah menempuh studi di NTU di jurusan Psychology memberikan saya informasi terkait Beasiswa Indonesia Maju. Sangat keren dan menarik, itu adalah satu kalimat yang bisa saya sampaikan,” ungkapnya.
Naufal bercita-cita menjadi seorang perencana kota. Mimpi itu muncul lantaran Naufal melihat lingkungan rumahnya di daerah Karawang, Jawa Barat, penataan kota dan pemerataan infrastrukturnya butuh perhatian khusus. Kemudian, sangat minim ruang hijau di luar rumah.
“Sebagai calon perencana kota, saya akan sangat menaruh perhatian khusus kepada green infrastructure untuk pondasi pembangunan keberlanjutan di lingkungan masyarakat,” ujar Naufal.
Naufal mengungkapkan rasa senangnya dapat diterima menjadi bagian keluarga besar BIM Persiapan Angkatan 3 Pada Desember tahun 2022.
Selama mengikuti BIM Persiapan, ungkap Naufal, dirinya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi banyak hal. Menurutnya, mengikuti BIM Persiapan merupakan momen terbaik dalam hidupnya.
“Terima kasih BIM, mimpi saya menjadi nyata untuk mendapatkan kesempatan belajar dan pergi ke luar negeri,” tutup Naufal.
Editor : Odi Siregar