Perfilman Medan Harus Bangkit
Acara deklarasi juga diisi dengan diskusi bertema, "Film Medan dari Masa Ke Masa". Tiga pembicara yang mumpuni di bidang film, yakni Yondik Tanto, Andi Hutagalung dan dr. Daniel Irawan yang mendedahkan secara maksimal perjalanan perfilman di Kota Medan beserta kompleksitas yang melingkupinya. Yondik Tanto menuturkan bahwa Medan pernah menjadi tuan rumah bagi insan perfilman secara tempatan dan nasional melalui karya film yang mumpuni.
Sutradara Bachtiar Siagian dengan berbagai film yang ditayangkan di bioskop nasional adalah salah satu sineas kebanggaan Sumatera Utara di zamannya.
"Munculnya sejumlah PH (production house) besar di Medan memicu tumbuhnya bioskop di setiap kecamatan, lebih dari satu bioskop bahkan,"tutur Yondik.
Sementara itu, sutradara film dokumenter Andi Hutagalung memperbincangkan jaring kusut perfilman di Kota Medan yang disambut oleh pandangan mengenai kualitas film secara teknis oleh dr.Daniel. Bahwa perfilman Medan agak tertinggal jika dibandingkan di masa lalu. Bahkan Makasar, Aceh, dan Padang, lebih bergairah perfilmannya ketimbang Kota Medan saat ini.
“Cerita yang bagus harus ditopang dengan teknis pembuatan yang bagus juga. Sebab bioskop punya standarisasi kualitas baik visual, sound, yang harus dipenuhi sineas agar bisa tayang di layar lebar. Kita perbaiki itu dulu,” jelas Daniel.
Acara yang berlangsung secara guyub dan hangat dengan kehadiran rekan-rekan seniman dan insan sineas Kota Medan ini ditutup dengan pemutaran 4 film pendek. Dimulai dari film dokumenter arahan Djenni Buteto berjudul “Suara Dari Jalanan” yang bercerita tentang kriminalisasi aktivis kampus oleh kepolisian, dilanjutkan oleh film besutan Hendri Norman berjudul “Medan Hardcore” yang menyoroti skena-skena musik hardcore dan dinamikanya di Medan, kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film bergenre komedi karya Andi Hutagalung berjudul “Sotoy”.
Terakhir ada film karya Ori Semloko berjudul “Anak Danau” yang diputar perdana pada malam itu. Film yang diproduksi Rumah Karya Indonesia ini merupakan salah satu film yang lolos seleksi untuk program AKSILARASI dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021. Film ini bercerita tentang seorang anak perempuan yang tinggal di desa di kawasan Danau Toba yang merindukan ibunya yang telah tiada.
Editor : Ismail