JAKARTA, iNewsMedan.id - Sebanyak 9 klub Liga 2 dilaporkan masih menunggak gaji 139 pemain menjelang kompetisi yang kurang dari sepekan lagi bakal digelar. Tercatat, total tunggakan sebesar Rp5,4 miliar.
PSPS Pekanbaru menangguk utang gaji paling mencapai Rp1.591.000.000 untuk 26 pemain. Setelah itu ada Persikab Kabupaten Bandung senilai Rp1.313.210.00 untuk 16 pemain, dan PSKC Cimahi Rp873 juta kepada 29 pemain.
Kemudian, Kalteng Putra berutang Rp653.500.000 juta kepada 19 pemain, Persiraja Rp388 juta untuk 20 pemain. Lalu Gresik United Rp 387.633.540 kepada 27 pemain.
Ada juga PSMS Medan Rp127.500.000 kepada dua pemain, Semen Padang Rp93.750.000 dan Persijap Rp20 juta untuk masing-masing satu pemain. Total Rp5.447.594.540 utang sembilan klub Liga 2 kepada 139 pemainnya.
Save Our Soccer (SOS) mendorong agar PSSI selaku regulator dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator mengambil tindakan tegas merespons kelalaian klub dalam menunaikan hal pemain. Klub harus melunasi utang gaji terlebih dahulu sebelum kompetisi Liga 2 dimulai.
“Bila belum menyelesaikan tunggakan gaji pemain, jangan izinkan klub tersebut ikut berkompetisi. Bahkan, kalau perlu didegradasi ke kasta terendah atau bahkan dicoret sebagai anggota PSSI,” kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS) kepada iNews.id, Senin (4/9/2023).
“Pembiaran sama saja dengan pelanggaran terhadap regulasi. PSSI harus tegas agar kompetisi bisa berjalan dengan kompetitif, sehat, profesional, dan bermartabat,” Akmal menegaskan.
Masalah Gaji Diatur Regulasi AFC
Masalah gaji pemain menjadi hal krusial yang diatur dalam AFC Club Lisensing Regulation. Dalam aturan tersebut, finansial merupakan salah satu dari lima aspek yang mutlak harus dipenuhi klub profesional. Kesehatan keuangan klub menjadi syarat yang tidak bisa ditawar.
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, meminta PSSI dan PT LIB tegas menindak klub yang menunggak gaji pemain. (Foto: Instagram/akmalmarhali20)
“Krisis keuangan klub akan membuka jalan terjadinya match fixing. Bermain dengan bandar judi untuk mendapatkan uang. Ini akan merusak moral sepak bola yang mengedepankan sportivitas dan fair play. Jangan sampai Liga 2 jadi lahan basah pengaturan skor,” Akmal mengingatkan.
Editor : Odi Siregar