MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) hingga Psikolog berkomentar tentang fenomena spirit doll atau boneka arwah yagn seakan-akan hidup seperti manusia pada umumnya yang saat ini sedang viral.
Banyak netizen yang kini pamer spirit doll mereka. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang membuat aktivitas boneka tersebut menjadi sebuah konten dan mengunggahnya di media sosial, mulai dari memberi makan, minum hingga bermain dengan boneka tersebut.
Namun tidak sedikit juga orang yang menilai hal tersebut hanya sebatas konten untuk mencari sensasi dan mingkatkan popularitas akun sosial media mereka sebagai selebgram.
Dikutip dari Okezone, seorang Psikolog Klinis Naomi Ernawati Lestari punya jawaban terkait hal itu. Baginya, ini erat kaitannya dengan sifat orang Indonesia yang memang menyukai sesuatu yang viral.
"Untuk bilang (fenomena boneka arwah) sensasi atau halusinasi, saya tidak bisa mengatakan itu. Tapi, ini sesuatu yang lagi trending, sehingga sesuatu yang lagi trending membuat orang banyak mengikuti," paparnya, Selasa (4/1/2022).
Banyak orang kemudian ikut mengadopsi boneka arwah, diduga Naomi, karena manusia punya kebutuhan dasar yaitu memelihara atau merawat. Jadi, dengan adanya boneka arwah, kebutuhan dasar itu bisa terlampiaskan.
"Boneka arwah dipilih sebagian orang mungkin untuk menyalurkan kebutuhan memelihara, merawat, yang mana ini kebutuhan dasar manusia. Jadi dia punya keinginan merawat generasi baru," terangnya.
Kemungkinan lainnya yang coba ditangkap Naomi adalah kondisi kesepian yang dialami si pengadopsi boneka arwah. Meski, tidak harus orang yang mengadopsi boneka arwah itu kesepian.
"Jadi, hadirnya boneka ini bisa juga sebagai teman bagi adopter boneka arwah supaya tidak merasa kesepian," katanya.
"Perlu dicatat, kebutuhan merawat dan memelihara tidak harus datang dari orang yang kesepian, karena setiap orang punya kebutuhan untuk memelihara, misal memelihara anak sendiri, tanaman, hewan peliharaan, nah fenomena ini mengadopsi boneka," terang Naomi.
Lebih lanjut, Naomi membahas soal kemungkinan adanya masalah atau gangguan mental pada adopter boneka arwah. Adalah ketika mereka bias atau tidak bisa membedakan mana realita, mana imajinasi.
Ya, adopter harus tetap sadar dan paham bahwa apa yang dia rawat dan jaga itu boneka, suatu benda mati. Jangan kemudian dianggap hidup dan Anda bisa berkomunikasi dengan boneka.
"Jika realitanya tidak jelas, benda mati dianggap hidup, ini baru ada kemungkinan ke arah penyimpangan atau gangguan mental," papar Naomi.
"Jadi, buat para adopter spirit doll, ketika Anda sudah mulai tidak bisa membedakan mana realita mana imajinasi Anda sendiri, ada kecenderungan mengarah ke gangguan, terlebih jika bonekanya hilang lalu Anda merasa cemas," tambah Naomi.
Dia pun sedikit menyinggung soal apakah tren boneka arwah ini akan bertahan lama di masyarakat. Menurut Naomi, dia ragu jika tren ini bertahan lama.
Pada banyak kasus, sesuatu yang viral itu gampang sekali tertutup oleh sesuatu yang viral lainnya. Tapi, beda cerita ketika Anda adalah kolektor boneka, maka ini bukan sesuatu yang lewat begitu saja, tapi memang bagian dari hobi Anda," terangnya.
Editor : Chris