Kisah Sedih 2 Kakak Beradik, Maia dan Rina Keturunan Inggris-Israel Tewas Terbunuh di Tepi Barat

ISRAEL, iNewsMedan.id - Dua saudara perempuan yang berasal dari Inggris-Israel yang terbunuh dalam penembakan di Tepi Barat yang diduduki dikenal sebagai Maia dan Rina Dee.
Kakak beradik itu dibunuh pada Jumat (7/4/2023) sore di dekat Persimpangan Hamra di utara Lembah Yordan, saat mereka berkendara ke Tiberias.
Mereka adalah anak-anak Rabi Leo Dee yang berasal dari London. Dia menggambarkan kematian itu sebagai "mimpi buruk".
Ibu mereka, Leah, masih dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Maia berusia 20 tahun dan menjadi sukarelawan untuk layanan nasional di sekolah menengah, sedangkan adik perempuan Rina berusia 15 tahun.
Mobil mereka keluar dari jalan setelah ditembak oleh orang-orang bersenjata saat sang ayah mereka mengemudi di depan dengan kendaraan terpisah. Rabi Dee mendengar berita tentang penyerangan itu sebelum menyadari bahwa keluarganya sendiri telah terlibat.
Berbicara kepada BBC, dia menggambarkan putrinya sebagai "cantik dan luar biasa" dan mengatakan dia tidak bisa tidur sejak kematian mereka.
"Setiap kali, saya mengalami mimpi buruk dan terbangun, tetapi kenyataannya lebih buruk daripada mimpi buruk itu, jadi saya kembali tidur. Begitulah yang terjadi,” terangnya, dikutip BBC.
Baca juga: Kenapa Menara Saidah Tidak Digunakan Lagi? Ternyata Ini Alasannya!
Keluarga itu tinggal di pemukiman Tepi Barat Efrat. Pemakaman kedua kakak beradik itu akan dilakukan pada Minggu (9/4/2023) waktu setempat.
Merespons hal ini, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang menggambarkan insiden itu sebagai serangan terror langsung mengucapkan belasungkawa kepada keluarga dalam tweet yang menyebut saudara perempuan itu.
Kepala Rabi Inggris, Sir Ephraim Mirvis, mengatakan bahwa "tidak ada kata yang dapat menggambarkan kedalaman keterkejutan dan kesedihan kami atas berita yang memilukan".
Menulis di Twitter, dia mengatakan kedua saudara perempuan itu adalah anak dari Rabi Inggris Dee dan istrinya Lucy, yang dipahami sebagai nama Inggris ibu mereka Leah.
"Mereka sangat dicintai di komunitas Hendon dan Radlett di Inggris serta di Israel, dan lebih jauh lagi," tambahnya.
Dewan Deputi Yahudi Inggris mengatakan mereka "sangat terkejut dan sedih" atas kematian mereka, menambahkan bahwa ayah mereka sebelumnya pernah menjadi rabi di Sinagoge Radlett United di Hertfordshire.
Menteri Luar Negeri James Cleverly mengatakan pada Jumat (7/4/2023) bahwa dia telah berbicara dengan timpalannya dari Israel, Eli Cohen, setelah serangan tersebut dan siapa pun yang khawatir tentang teman atau kerabat di Israel harus menghubungi Kementerian Luar Negeri.
"Kami sedih mendengar tentang kematian dua warga negara Inggris-Israel dan luka serius yang diderita oleh orang ketiga,” terang Kementerian Luar Negeri Inggris terkait kematian kedua kakak beradik itu.
Orang-orang yang berkumpul di Tel Aviv pada Sabtu (8/4/2023) untuk memprotes reformasi peradilan kontroversial yang diusulkan oleh pemerintah Israel mengheningkan cipta selama satu menit untuk para suster dan turis Italia itu.
Hamas tidak mengklaim berada di balik penembakan wanita Inggris-Israel tetapi memujinya sebagai "tanggapan alami terhadap kejahatan berkelanjutan [Israel] terhadap masjid al-Aqsa dan agresi biadabnya terhadap Lebanon dan Gaza yang teguh".
Setelah kedua saudari itu ditembak, komisaris Polisi Israel Kobi Shabtai meminta semua warga Israel yang memiliki izin senjata api untuk mulai membawa senjata mereka.
Baca juga: Peristiwa Penembakan di Tepi Barat, 2 Wanita Keturunan Israel-Inggris Tewas
Artikel ini telah terbit di Okezone dengan judul: Kisah Sedih Maia dan Rina, 2 Kakak Beradik Keturunan Inggris-Israel yang Tewas Terbunuh di Tepi Barat
Editor : Chris