Krisis Populasi Karena Minim Angka Kelahiran, 450 Sekolah Ditutup di Jepang

iNewsMedan.id - Saat ini Jepang tengah bergelut dengan efek dari fenomena depopulasi, alias kekurangan jumlah penduduk baru, hal tersebut terjadi lantaran angka kelahiran di Jepang yang merosot lebih cepat dari yang diperkirakan.
Ratusan sekolah di Jepang terpaksa ditutup karena tidak ada murid baru yang masuk dan bersekolah di sekolah tersebut. Penutupan sekolah diketahui meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, daerah ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.
Mengutip laporan Reuters, dilansir dari ABC Net, Selasa (4/4/2023) menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah diketahui telah tutup setiap tahunnya dengan rentang tahun 2002 dan 2020. Bahkan hampir 9.000 sekolah tercatat sudah benar-benar tutup, tak lagi beroperasional untuk selamanya atau beralih fungsi menjadi museum seni dan kilang anggur.
Situasi angka kelahiran rendah yang dialami Jepang, yang dipicu salah satunya karena tingginya biaya untuk membesarkan anak, disebut lebih kritis situasinya jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur lainnya, seperti Korea Selatan dan China yang juga mengalami masalah yang sama.
Dari data perkiraan pemerintah Jepang, tercatat angka kelahiran di Negeri Sakura ini hanya di bawah di bawah 800.000 pada tahun 2022, catatan rekor baru untuk angka kelahiran terendah baru.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida menyebutkan ia berjanji untuk melakukan upaya-upaya, langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang demi agar bisa meningkatkan angka kelahiran. Misalnya dengan salah satunya menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak, dan menjaga lingkungan pendidikan.
Para ahli memperingatkan bahwa fenomena banyaknya penutupan sekolah di pedesaan seperti ini, akan memperlebar kesenjangan nasional dan membuat daerah terpencil ada di bawah tekanan yang lebih besar.
"Penutupan sekolah, berarti daerah kotamadya pada akhirnya akan menjadi tidak berkelanjutan," kata Touko Shirakawa, dosen sosiologi di Universitas Wanita Sagami.
Editor : Chris