MEDAN, iNewsMedan.id - Harga beras kualitas bawah yang sebelumnya sempat anjlok diintervensi oleh BULOG, pada perdagangan hari ini mengacu kepada PIHPS (pusat informasi harga pangan strategis) harganya kembali mengalami kenaikan. Di sejumlah pedagang di pasar tradisional di Kota Medan, harga beras naik sekitar Rp500 per kilogram.
Kenaikan harga beras tersebut tentunya kian membenamkan daya beli masyarakat di Sumatera Utara (Sumut). Mengingat beras ini menjadi komponen pengeluaran paling besar rumah tangga di Indonesia. Kenaikan harga beras kali ini terjadi disaat pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak dua juta ton. Padahal saat ini juga tengah terjadi panen raya, yang seharusnya bisa menekan harga beras.
Namun di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan, harga beras kualitas bawah mulai merangkak naik dalam rentang Rp10.000 hingga Rp11 ribu per kilogramnya.
"Saya berpendapat kalau kenaikan harga beras di tahun ini khususnya bertepatan saat panen raya, lebih dipengaruhi oleh gangguan produksi yang diakibatkan oleh mahalnya biaya input produksi pertanian," kata Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (29/3/2023).
Gunawan menuturkan, masih segar ingatan kita bagaimana keluhan petani seiring dengan kenaikan harga pupuk yang menjulang tinggi, bahkan ada yang naik sampai 3 kali lipat. Bahkan, belum lekang bagaimana petani mengeluh sulit untuk mendapatkan pupuk karena ada kelangkaan. Jadi memang apa yang bisa diharapkan jika biaya input produksi mengalami kenaikan?, selain penurunan produksi tanaman pangan itu sendiri.
Selain itu, belakangan ini Bulog juga diamanahkan untuk menyerap beras dengan ketentuan HPP beras di angka Rp9.950 per kilogram.
"Artinya memang pada dasarnya harga beras akan tetap naik. Karena kenaikan biaya input produksi harus dibarengi dengan kenaikan harga jual, untuk menyeimbangkan neraca keuangan petani kita," ujar Gunawan.
Jadi ini konsekuensi logis dari struktur modal tanaman pangan (beras) kita belakangan ini. Dan konsumen tidak akan bisa berbuat banyak selain menerima kenaikan harga tersebut. Harapan harga beras terjangkau hanya bisa dilakukan jika pemerintah bisa menjual beras impor di pasar dengan harga yang lebih miring.
Namun bergantung pada impor jelas akan membunuh para petani padi kita sendiri. Pelajaran dari kejadian ini adalah jangan menargetkan produksi panen yang optimis, jika kita tidak mampu menekan biaya input produksi dan memperbaiki permasalahan struktural petani saat ini.
"Sayangnya masalah struktural petani kita juga dipengaruhi oleh perang Rusia Ukraina," ujar Gunawan.
Terpisah, salah satu pedagang di Pasar Halat Medan, Alex menambahkan, kenaikan harga beras memang memicu daya beli masyarakat yang cenderung mengalami penurunan sejak beberapa hari ini.
"Untuk beras jenis Ramos berkisar dari Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram, untuk Kukubalam Rp14.000 bahkan ada juga mencapai Rp15.000 per kilogram, dan beras IR dari Rp11.000 per kilogram, kini mencapai Rp12.000 per kilogram," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar