get app
inews
Aa Read Next : Berikut Tips Mengatasi Bau Mulut Saat Puasa

Kejadiannya Seperti Stroke Telinga, Ternyata Malah Menderita Tumor Otak

Sabtu, 18 Maret 2023 | 15:12 WIB
header img
Ahli Bedah Saraf dibidang Onkologi, Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya, Sp.BS(K). (Foto: Istimewa)

MEDAN, iNewsMedan.id - Warganet di media sosial akhir-akhir ini dihebohkan perihal kasus salah diagnosa dokter Indonesia vs dokter luar negeri. Salah satunya dari akun media sosial artis dan komika ternama, yang 'curhat' di twitter seputar penyakit 'stroke telinga' yang dialami mertuanya. 

Beberapa netizen berkomentar "baru kali ini mendengar stroke kuping", "Lhahhh, baru tau ada stroke kuping? Beneran ditulis gtu di riwayat medis nya?. Hal tersebut menuai pro dan kontra dari kalangan warga jagat maya tersebut.

Beberapa dokter pakar di Indonesia menjelaskan bahwa 'stroke telinga' itu memang ada, istilah tersebut digunakan untuk memudahkan masyarakat awam mengerti penyakit yang sedang dialaminya.

Sebelumnya, istilah 'stroke telinga' telah digunakan dibeberapa situs luar negeri, salah satunya Quality Health Care di Hong Kong. Menurut situs tersebut, 'ear stroke' atau 'stroke telinga' mengacu pada kondisi Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL) yaitu gangguan pendengaran sensorineural yang mendadak.

Pengertian Stroke

Istilah stroke dipakai untuk menjelaskan salah satu penyakit, ketika pasokan darah ke otak terganggu atau terputus sehingga dapat menyebabkan adanya kerusakan pada sel-sel otak. Stroke dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya adalah kehilangan pendengaran. Stroke telinga adalah kondisi medis yang terjadi ketika seseorang kehilangan kemampuan pendengaran tiba-tiba atau secara mendadak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal, bisa disebabkan oleh kerusakan organ pendengaran atau bagian lain di dalam telinga itu sendiri, atau kerusakan jaringan saraf akibat aliran darah yang terganggu, atau bahkan karena adanya tumor otak yang menekan saraf telinga.

Tumor Otak menyebabkan 'Stroke Telinga'

Sensasi telinga berdenging dan terasa penuhsering mengawali kasus kejadian 'stroke telinga' yang kemudian menyebabkan penderita kehilangan pendengaran. Namun, tidak sedikit masyarakat awam kita menganggap fenomena gangguan pendengaran ini adalah hal yang wajar karena faktor usia, 'sudah tua'. 

Seorang Ahli Bedah Saraf dibidang Onkologi, Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya, Sp.BS(K) menjelaskan bahwa fenomena 'stroke telinga' ini juga bisa diakibatkan oleh tumor otak. Tumor yang tumbuh dari saraf pendengaran dapat menyebabkan pasien tuli secara permanen. 

"Pada perjalanan awalnya, penderita mengeluhkan telinga berdenging, dan terasa penuh, hal tersebut diakibatkan efek penekanan tumor lansung pada saraf telinga. Tumor yang terlambat ditangangi bahkan dapat mengancam nyawa, tumor tersebut dapat tumbuh membesar, menekan struktur otak lain berupa otak kecil dan batang otak," katanya, Sabtu (18/3/2023).

Seorang perempuan 61 tahun datang berobat ke bagian bedah saraf di salah satu Rumah Sakit Pemerintah Kota Medan dengan keluhan telinga sebalah kanan tidak dapat mendengar. Hal ini sudah dialami pasien sejak 6 bulan terakhir. Awalnya pasien hanya menderita telinga berdinging dan terasa penuh. Keluhan bahkan memberat, diikuti gangguan keseimbangan, nyeri kepala hebat, padangan kabur, dan sudut bibir pasien menjadi tidak simetris. 

"Setelah diperiksa oleh saya, pasien didiagnosa dengan Cerebellopontine Angle (CPA) Tumor yang sudah mendorong otak kecil dan batang otak. Operasi urgency segera dilakukan. Paska operasi kondisi pasien membaik, stabil dan tidak dijumpai keluhan neurologis tambahan," ucapnya.

Prof. Ridha, yang juga merupakan inisiator Gerakan Gadget Sehat, menegaskan bahwa CPA Tumor adalah tumor dasar otak yang tumbuh langsung dari saraf pendengaran yang dapat menyebabkan penderitanya kehilangan pendengaran secara permanen. Kondisi pasien seringnya datang dengan stadium lanjut.

"Artinya pasien itu datang dengan defisit neurologis yang berat. Apabila pasien tidak ditangangi dengan segera, maka pasien dapat tuli secara permanen bahkan hingga mengalami kematian meskipun setelah operasi sekalipun," terang Prof. Ridha.

Editor : Jafar Sembiring

Follow Berita iNews Medan di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut