JAKARTA, iNewsMedan.id- Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, mengatakan jika saat ini pengguna media sosial meningkat pesat. Hal tersebut menunjukkan jika saat ini, Indonesia sedang mengalami perubahan era transformasi digital.
Samuel menyebutkan survey yang dilakukan oleh We Are Social pada tahun 2022 menunjukan jika pengguna sosial media di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2.1 juta, menjadi sebesar 204,7 juta pengguna dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat terus setiap tahunnya.
Namun menurutnya peningkatan teknologi ini tidak luput dari peningkatan resiko, misalnya hoax, cyberbullying, dan konten-konten negatif lainnya.
"Resiko tersebut disebabkan oleh literasi digital Indonesia yang masih rendah. Oleh karena ini, kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia harus ditingkatkan agar masyarakat dapat menggunakan teknologi digital secara produktif, bijak, dan tepat guna," ucapnya dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator bertema Satu Tahun Menjelang Pemilu 2024: Digital Menyambut Pemilu 2024 yang Damai dan Beradab, Selasa (14/2).
Untuk mencapai tujuan tersebut, Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital serta mitra dan jejaringnya mengadakan pelatihan digital untuk menanamkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2021 lanjut Samuel, program literasi digital sudah berhasil menjangkau lebih dari 515 kabupaten kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
"Namun peningkatan literasi digital tersebut merupakan tugas yang besar, sehingga diperlukan dukungan dari semua pihak agar dapat meningkatkan literasi digital dan terciptanya talenta digital yang lebih berkualitas agar siap dalam mewujudkan Indonesia Digital Asian," ujarnya.
Selanjutnya, Anggota Komisi I DPR RI, H. Muhammad Arwani Thomafi, mengatakan jika peningkatan literasi digital tersebut juga penting dalam menyambut Pemilu 2024 yang damai dan beradab. Menurut Arwani, perkembangan teknologi digital yang semakin masif akan menyebabkan Pemilu 2024 berbeda dari Pemilu di tahun-tahun sebelumnya.
“Pemilih dari Generasi Milenial. Mereka yang lahir 80-an keatas atau 90-an keatas itu luar biasa. Mereka yang berumur 30-an itu ada sekitar 25,87%, sedangkan pemilih yang lahir di atas 97-an itu lebih banyak lagi ada 27,94%. Anak-anak kita lah, yang mayoritas akan mengisi Pemilu kita. Dengan pengguna aktif media sosial itu ada 191 juta, demokrasi di Indonesia itu semakin terbuka. Semua orang semakin bebas mengutarakan pendapatnya di media sosial," tuturnya dalam Webinar tersebut.
Keberadaan teknologi digital yang semakin pesat tentu harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan demokrasi. Pemanfaatan digital tidak hanya sekedar dalam bentuk e-democracy seperti e-voting dan e-rekap, tapi harus juga bisa menjadi media publik untuk terlibat aktif dalam proses demokrasi dan jalannya pemerintahan.
“Pertama, kita harus bisa mengajak warga untuk berpartisipasi dalam pemilihan politik. Bagaimana semua orang yang kita kenal untuk datang ke TPS. Nah lalu kita juga perlu meningkatkan keterlibatan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Kalau sudah di coblos Calegnya, nah itu dikawal partainya, dikawal anggota DPR nya agar dapat membantu aspirasi yang ada. Termasuk mengawal anggota DPR dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Terakhir, adalah mengawasi terhadap jalannya pemerintahan. Misalnya punya tokoh yang dipilih, itu harus dikawal dalam menjalankan pemerintahan," terang Arwani
Selain itu, media digital juga dapat menjadi ruang sejuk bagi warga dalam menyambut Pemilu 2024. Masyarakat bebas menjadikan media digital sebagai ruang ide yang solutif, mengeluarkan pendapat-pendapat positif yang dapat membanun negeri.
Bentuk pengutaraan pendapat juga dapat berbentuk dialog dengan pengguna lain, sehingga setiap pengguna dapat bertukar pikiran satu sama lain. Terakhir, media digital dapat digunakan sebagai ruang sosialisasi figur dan ide. Walaupun begitu, dalam menggunakan media digital perlu diperhatikan beberapa hal agar media digital tidak menjadi ajang perang Pemilu 2024.
"Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah berita hoax, tidak menyerang pengguna yang berbeda pendapat, serta tidak menjadikan media digital sebagai ruang perang kegiatan Pemilu 2024. Dengan begitu, media digital dapat digunakan secara maksimal dan tepat guna demi mewujudkan Pemilu 2024 yang damai dan aman," sebut Arwani.
Kepala Sekolah SMK Salafiyah, H. Ubaidillah Wahab, S.H., M.Si, menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam melahirkan Pemilu 2024 yang berkualitas.
“Banyak tantangan-tantangan yang dihadapi dalam melahirkan pemilu yang berkualitas ini, seperti masalah teknis persiapan Pemilu, masalah partisipasi pemilih, masalah transparansi, dan tata kelola pemilu yang akuntabel, dan masa kampanye," ucapnya mengutip ucapa Presiden Ir. Joko Widodo dalam video pendek pada Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan 63 di Lemhannas RI.
Kampanye yang dilakukan, baik secara langsung maupun melalui media digital, seringkali diwarnai oleh politik identitas. Hal tersebut tentu berdampak buruk pada proses konsolidasi demokrasi Indonesia dan mengganggu integrasi bangsa Indonesia, yang kemudian dapat memecah belah bangsa dan menghambat perkembangan demokrasi. Untuk itu, perlu dilakukan tindak pencegahan agar politik identitas dan polarisasi tidak mengganggu proses Pemilu 2024 mendatang.
Editor : Ismail