MEDAN, iNewsMedan.id - Inflasi pada Desember 2022 di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 1,5 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Namun secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai 6,13 persen. Pencapain inflasi Sumut yang tinggi itu jauh diatas realisasi capaian inflasi nasional yang sebesar 0,56 persen.
Inflasi tersebut melingkupi gabungan lima kota di Sumut (Sibolga, Pematangsiantar, Medan, Padangsidempuan dan Gunungsitoli) sebesar 6,13 persen dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHK) sebesar 112,77.
Adapun dari lima kota IHK di Sumut, inflasi yoy tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 6,43 persen dengan IHK sebesar 115,10 dan terendah terjadi di Gunungsitoli dengan 5,74 persen dengan IHK sebesar 114,65.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin mengatakan, untuk komoditas penyumbang inflasi yoy pada Desember 2022 di antaranya, bensin , angkutan udara, beras, rokok kretek filter, angkutan dalam kota, ikan dencis, serta tomat.
Sedangkan, tingkat inflasi month to month (mtm) Desember 2022 sebesar 1,50 persen dan tingkat inflasi year to date (ytd) Desember 2022 sebesar 6,12 persen.
"Inflasi terjadi disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dari naiknya seluruh indeks harga kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,35 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 4,66 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,49; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 5,29 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,91 persen; kelompok transportasi sebesar 18,73 persen,"kata Nurul, Senin (2/1/2023).
Terpisah, Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan, adapun andil inflasi yang terbesar masih didatangkan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Dimana andilnya 1.38 persen. Memang dari hasil pemantauan dilapangan selama Desember, sejumlah harga kebutuhan makanan pokok seperti sayur sayuran, kebutuhan protein, minyak goreng hingga beberapa kebutuhan lainnya mengalami peningkatan harga yang tinggi.
"Terlebih untuk jenis harga sayur-sayuran yang lompatan harganya hingga mencapai 3 kali lipat dari harga normal. Sementara itu, untuk harga rokok sebelumnya sudah mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi di wilayah Sumut. Tetapi lagi-lagi harga rokok kembali memicu kenaikan inflasi di Desember 2022 kemarin. Laju tekanan inflasi sebesar itu telah membuat capaian inflasi Sumut sebesar 6,13 persen selama tahun 2022," ujar Gunawan.
Menurutnya, dengan capaian itu, maka Sumut justru merealisasikan inflasi yang masuk dalam skenario hitungan di saat harga BBM dinaikkan.
"Dimana kala itu saya memprediksikan inflasi Sumut setelah kenaikan harga BBM sekitar 30 persen akan membuat Sumut mengalami inflasi dalam rentang 5,7 persen hingga 6,4 persen hingga tutup tahun 2022," sambungnya.
Gunawan menambahkan, jadi Sumut benar-benar masuk dalam skenario hitungan inflasi terburuk berdasarkan hitungannya, padahal ia sempat optimis Sumut diakhir tahun akan merealisasikan inflasi di angka 5 persenZ Sebab, dampak inflasi dari kenaikan harga BBM sudah tak terlihat di bulan Oktober. Kalau berbicara komodiitas pangan yang mengalami kenaikan tajam, memang komoditas cabai naik tinggi selama Desember dibandingkan dengan harganya di bulan November. Harga cabai merah di bulan Desember saja mengalami kenaikan 10 ribu rupiah per kg.
Sementara untuk cabai rawit mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga pada bulan November 2022. Selain itu, kenaikan tarif angkutan dalam kota, meskipun sumbangsihnya relatif kecil, namun hal tersebut sangat terkait dengan kebijakan walikota masing-masing terlebih Walikota Medan.
"Sepengetahuan saya, karena kebijakan subsidi tarif angkutan kota sempat tidak menyumbang inflasi besar. Namun kenaikan inflasi karena tarif angkutan di bulan desember, justru memunculkan spekulasi kemungkinan kebijakan pengenaan subsidi sudah berkahir," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar