BNPB: 962 Rumah Rusak Akibat Gempa di Taput
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/10/01/71a0c_gempa-taput.jpg)
MEDAN, iNewsMedan.id- Gempabumi berkekuatan magnitudo (M) 6.0 yang mengguncang wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada Sabtu (1/9) telah menyebabkan sebanyak 962 rumah rusak. Data ini berdasarkan laporan dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Minggu (2/9) pukul 07.00 WIB.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan Selain kerusakan rumah, Pusdalops BNPB juga juga menerima laporan bahwa ada kerusakan infrastruktur lainnya yang meliputi 67 rumah ibadah, 2 unit gedung layanan kesehatan, 17 sarana pendidikan, 25 gedung pemerintahan, 22 titik ruas jalan, 12 titik TPT longsor, 9 unit jembatan, 32 saluran irigasi, 1 titik lokasi wisata dan 9 titik fasilitas air bersih.
"Gempabumi juga menyebabkan seorang warga meninggal dunia, 24 orang luka-luka dan sebanyak 962 jiwa terdampak," ucapnya lewat keterangan tertulis, Senin (3/10).
Hasil kaji cepat yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Utara, setidaknya ada 69 desa yang terdampak gempabumi kemarin.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Tapanuli Utara Bonggas Freddy menuturkan kondisi saat ini sudah mulai kondusif, meski masih ada gempabumi susulan. Namun pihaknya dapat memastikan masyarakat untuk tetap tenang dan selalu waspada.
“Sekarang ini keadaan sudah mulai normal walaupun masih ada gempa susulan,” ungkap Freddy.
Lebih lanjut, Freedy juga mengatakan bahwa beberapa masyarakat memang masih ada yang mengalami trauma dan mendirikan tenda darurat mandiri di halaman rumah masing-masing.
“Ini pak (tenda darurat warga) di depan rumah masing-masing. Karena mereka masih trauma,” jelas Freddy.
Pihak BPBD Kabupaten Tapanuli Utara bersama unsur TNI, Polri dan lintas instansi terkait telah mendirikan posko darurat bencana di Desa Aek Raja. Sementara itu pendistribusian bantuan logistik dan perlengkapan terus dilakukan dan diupayakan tim BPBD Tapanuli Utara.
Kendala yang dialami tim di lapangan adalah minimnya jaringan telekomunikasi selular sehingga menghambat proses kaji cepat. Selain itu kondisi geografis yang luas dengan medan cukup berat turut menjadi kendala dalam proses penanganan darurat, ditambah minimnya jumlah personel.
Sementara itu kebutuhan mendesak yang masih diperlukan meliputi selimut, sarung, logistik, permakanan dan kebutuhan keluarga, bayi dan balita.
Editor : Ismail