iNewsMedan.id - Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai gudangnya perdukunan, hingga tak sedikit menghindari dan berhati-hati saat datang.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini empat daerah yang dikenal sebagai gudangnya dukun:
1. Kalimantan
Sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, Kalimantan dihuni oleh penduduk aslinya yang bernama Suku Dayak.
Hingga saat ini, suku tersebut masih cukup menjaga keturunan dan tradisinya.
Namun yang perlu Anda tahu yang paling ditakuti dari Suku Dayak adalah dukunnya.
Ilmu-ilmu gaib yang mereka kuasai, konon bisa membahayakan. Bukan hanya sekedar celaka, tapi nyawa taruhannya.
Disebut-sebut pula, duku dari Kalimantan cukup mumpuni. Tak hanya itu saja, mereka juga memiliki senjata--senjata tradisional sebagai peralatan pertahan dan perlindungannya.
2. Banyuwangi
Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang kental akan dukunnya. Bahkan kawasan ini juga beberapa kali diangkat ke film, salah satunya adalah Desa Penari, diduga kejadian yang ada di dalam film tersebut berasal dari Banyuwangi.
Sebagian masyarakat di Banyuwangi, masih banyak ditemui budaya-budaya klinik yang identik dengan praktik perdukunan.
Wilayah ini juga merupakan sarangnya dukun santet dan guna-guna.
3. Papua
Tanah Papua memiliki daya tarik tersendiri, karena alam di sana sebagian besar masih banyak yang terjaga. Bahkan
penduduknya pun masih melakukan tradisi dan budaya turun temurun dari nenek moyang mereka.
Tak hanya itu saja, Papua juga dikenal dengan dukunnya,lho.
Suku Asmat jadi salah satu yang paling ditakuti, konon para tetua mereka memiliki ilmu sihir.
4. Banten
Suku Baduy adalah suku asli dari Banten. Kehidupan mereka pun cukup unik, karena untuk Baduy dalam masih menjaga
tradisinya. Mereka tidak mengenal teknologi kekinian, dan hanya mengandalkan alam untuk kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, Suku Baduy juga dikenal dengan ilmu perdukunannya. Konon, mereka juga bisa meramal masa depan. Kemudian mengirimkan pelet, santet, debus, bahkan ilmu kebal senjata, banyak orang yang berguru ke daerah ini.
Editor : Odi Siregar