get app
inews
Aa Text
Read Next : Si Manis Harimau Sumatera Koleksi Medan Zoo Mati Akibat Sakit Tua

Lindungi Populasi Gajah Sumatera di TNGL, VESSWIC Rancang Stasiun Konservasi

Sabtu, 10 September 2022 | 10:53 WIB
header img
VESSWIC rancang stasiun konservasi Gajah Sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser. (Foto: Istimewa).

MEDAN, iNewsMedan.id - Veterinary Society for Sumatran Wild Conservation (VESSWIC) makukan survei dan monitoring terhadap populasi dan habitat Gajah Sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk merancang Stasiun Konservasi Gajah Sumatera di Kawasan Konservasi.

Hal tersebut dilakukan VESSWIC karena melihat kondisi Gajah Sumatera yang berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar.

"Tujuan survei dan monitoring rutin ini dilaksanakan untuk melindungi populasi Gajah Sumatera yang terancam," kata Direktur VESSWIC, drh. Muhammad Wahyu, Sabtu (10/9/2022).

Wahyu juga berharap agar survei dan monitoring dilakukan agar dapat menghasilkan data untuk menilai kesusaian populasi dan daya dukung habitat koridor Langkat Skundur seluas 205.355 Ha (SPTN V 91.425 Ha dan SPTN VI 113.355 Ha).

Kemudian saat disinggung soal berapa sering kegiatan tersebut dilakukan dan apakah ada temuan yang melanggar di lapangan, Wahyu mengatakan, untuk survei dan monitoring rutin dilakukan selama 12 bulan dengan frekuensi 1 bulan sekali selama 12 hari efektif di dalam hutan.

Sementara, untuk melakukan pengumpulan data, kata Wahyu, timnya melakukan pendekatan berbagai metode yang dilaksanakan secara bertahap, seperti smart patrol, survei okupansi, analisis vegetasi dan camera trap untuk kemudian dapat menghasilkan data.

"Hal itu dilakukan untuk melakukan analisis, lalu penilaian, identifikasi potensi, permasalahan kesesuaian populasi di habitat Langkat Skundur berdasarkan jumlah, sebaran, kelompok, keterhubungan, dan daya dukung lainnya," terang Wahyu. 

Namun demikian, ia sebutkan, realita di lapangan menuntut kebutuhan akan durasi waktu dan teknis pelaksanaan kegiatan yang lebih lama dan lebih lengkap.

"Berdasarkan berbagai kendala tersebut, kedepan untuk rencana pelaksanaan kegiatan metode survei dan pengumpulan data yang terintegrasi seperti ini harus dirancang dengan durasi waktu yang lebih lama dan perlengkapan teknis lapangan yang lebih lengkap dengan konsekuensi kebutuhan biaya yang lebih besar," ujarnya. 

Di samping itu, anggota Tim Survei 1, Herwansyah menuturkan, untuk wilayah Tim Survei 1 sendiri berada di kawasan SPTN V (Seksi Pengelolaan Taman Nasional), Bukit Lawang - Bahorok dan tim tersebut terdiri dari 7 orang. Sementara untuk Tim Survai 2 beroperasi di SPTN VI Wilayah 2, yang terdiri dari Resort Cinta Raja, Sei Betung dan Tangkahan.

"Jadi sebelum lakukan survei, kami siapkan navigasi seperti GPS, peta dan kompas serta logistik lapangan. Survei ini kita lakukan selam 12 hari," tutur Herwansyah.

Selama 12 hari itu, ia katakan, kegiatan yang dilakukan tim tak terlepas dari tujuan utama, yakni mendata satwa liar yang berfokus kepada Gajah Sumatera.

"Jadi tim kita temukan kotoran, gesekan dan jejak Gajah Sumatera di Resort Bahorok. Bahkan, kami juga menemukan jejak Harimau Sumatera," ujar Herwansyah. 

Dengan ditemukan data tersebut, Herwansyah menjelaskan, hal itu membuktikan wilayah itu masih terdapat Gajah Sumatera dan Harimau Sumatera. Namun untuk jumlah induvidu, belum diketahui.

"Jadi kalau kemarin yang kami lakukan survei, kami berjalan empat hari baru menemukan jejak kotoran gajah, sementara survei kali ini baru kami lakukan perjalanan dua hari sudah menemukan kotoran Gajah Sumatera. Hal itu menandakan aktivitas gajah itu meningkat," ungkapnya. 

Sementara itu, Leader Tim Patroli 2, Andi Syahputera mengatakan, selama 12 hari, selain melakukan survei rutin untuk melihat pergerakan Gajah Sumatera, tim juga melakukan pemasangan camera trap dan mengambil sampel beberapa pakan gajah.

"Karena memang selama ini di taman nasionalnya sendiri mendorong bagaimana supaya faktor makan gajah itu tercukupi di dalam TNGL," sebutnya.

Ia juga menambahkan, yang membedakan data dari survei wilayah SPTN V dan VI, terdata bahwa konflik antara Gajah Sumatera dengan penduduk di wilayah SPTN VI lebih banyak dibanding SPTN V.

"Karena memang Gajah Sumatera ini lebih banyak di wilayah SPTN VI, yang banyak berbatasan dengan perkebunan masyarakat dengan habitat Gajah Sumatera dan merupakan zona lintasan gajah. Bahkan kawasan itu sudah banyak pemukiman warga," terang Andi.

Andi juga sebutkan secara kasat mata, tim menemukan Gajah Sumatera sebanyak tiga ekor. Namun untuk saat ini, tim belum bisa memastikan berapa jumlah gajah tersebut.

"Namun ada juga gajah yang berjalan sendiri. Nah, itu sering kita bilang Gajah Sumatera tunggal atau jantan," tandas Andi.

Editor : Jafar Sembiring

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut