2. Martha Christina Tiahahu
Sama seperti Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu sejak kecil sudah terbiasa dengan peperangan. Bersama dengan ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, Martha Tiahahu sering diajak dalam rapat pembentukan kubu-kubu pertahanan. Lalu ketika Martha Tiahahu berusia 17 tahun, ia sudah dipercayai untuk memimpin pasukan perang wanita dalam pertempuran melawan Belanda.
Pada tahun 1817, peperangan semakin panas lantaran tembakan pasukan rakyat berhasil mengenai leher Mayor Beetjes, salah satu pimpinan Belanda. Sejak itulah keluar perintah dari Vermeulen Kringer, pengganti Mayor Beetjes, untuk melakukan penyerangan terhadap pasukan rakyat. Akibat dari peristiwa tersebut, beberapa pasukan rakyat tertangkap, termasuk Martha Tiahahu dan ayahnya.
Kapitan Paulus Tiahahu dieksekusi mati pada 17 November 1817 setelah beberapa hari ditahan di Benteng Beverwijk. Sedangkan Martha Tiahahu dibawa ke Pulau Jawa untuk dijadikan pekerja paksa. Tidak terima bahwa ayahnya dieksekusi mati, Martha Tiahahu pun melakukan pemberontakan terhadap Belanda dengan menolak makanan dan obat yang diberikan. Ia meninggal pada 2 Januari 1818 dan jasadnya disemayamkan di Laut Banda.
3. Malahayati
Malahayati merupakan tokoh perempuan yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Sebagai salah satu pejuang dari Aceh, Malahayati atau Keumalahayati dikenal atas keberaniannya dalam melawan armada angkatan laut Belanda dan Portugis.
Bahkan ia merupakan tokoh pejuang yang berhasil membunuh Cornelis de Houtman, salah satu tokoh besar Belanda yang pertama kali melihat adanya potensi perdagangan di Indonesia. Keberanian Malahayati tidak luput dari peran keluarganya yang merupakan kaum bangsawan.
Perjuangan Malahayati bermula setelah suaminya gugur dalam peperangan. Saat itu ia membentuk pasukan Inong Balee, yaitu pasukan yang berisi para janda yang suaminya gugur dalam peperangan. Meskipun pasukan ini terdiri dari perempuan, Inong Balee berhasil membangun benteng setinggi 100 meter.
Tidak hanya itu, pasukan ini juga memiliki pangkalan militer sendiri di Teluk Lamreh Krueng Jaya. Sayangnya perjuangan Malahayati harus berhenti di tahun 1606. Ia gugur dalam medan pertempuran saat melawan pasukan Portugis di Selat Malaka.
Editor : Ismail