MEDAN, iNewsMedan.id - Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Juli 2022 tercatat sebesar 108,85 atau mengalami penurunan ke 7,21 persen dibandingkan NTP Juni 2022 yakni sebesar 117,31.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin mengatakan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
"Penurunan NTP Juli 2022 disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,96 persen, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 12,66 persen, dan NTP subsektor Peternakan sebesar 1,56 persen," kata Hasanudin, Jumat (5/8/2022).
Sementara, NTP dua subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu NTP subsektor Hortikultura sebesar 0,42 persen dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,06 persen.
Adapun perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/ deflasi perdesaan. Pada Juli 2022, terjadi inflasi perdesaan di Sumut sebesar 0,54 persen.
"Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sumatera Utara Juli 2022 sebesar 108,45 atau turun sebesar 7,13 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan, anjloknya NTP ini disumbang dari petani komoditas kelapa sawit, jagung dan ayam ras.
"Memang di bulan Juli kemarin, harga kelapa sawit di tingkat petani di Sumut itu berkisar Rp700 hingga Rp1.100 per kilogram. Meski ada yang menjual dikisaran Rp1.300 hingga Rp1.500-an per kilogram. Harga TBS itu jauh dari harga tertinggi yang sempat di atas 3.000 per kilogram. Harga TBS tersebut juga masih dibawah harga keekonomiannya yang sekitar Rp2.300 hingga Rp2.600 per kilogram saat ini, mengacu kepada harga CPO yang bertengger dikisaran 3.900-an ringgit per ton sejauh ini," ungkap Dosen UISU tersebut.
Selain TBS, harga jagung juga memang mengalami penurunan. Dari pantauannya jagung di bulan Mei atau Juni itu sempat menyentuh Rp5.700 per kilogram (di tingkat pabrik pakan). Namun saat ini harganya di tingkat pembeli akhir (pabrik pakan ternak) dikisaran Rp4.700 hingga Rp4.800 per kilogram.
"Penurunan harga jagung ini juga mendorong penurunan harga daging ayam, yang sebelumnya di bulan mei sempat menyentuh 40 ribu per kg, saat ini dikisaran 28 ribu per kg di Kota Medan. Dengan penurunan harga komoditas tersebut menekan daya beli petani kita," jelasnya.
Disisi lain, sejauh ini petani hortikultura NTP nya sudah diatas 100, tepatnya di level 101,22. Sementara tanaman pangan ini NTP nya masih diisaran 93.44 (turun dibandingkan bulan Juni kemarin). Untuk tanaman hortikultura ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas cabai.
"Sementara untuk tanaman pangan, saya menilai beban pengeluaran yang besar belum diimbangi dengan peningkatan harga jual (gabah) yang ideal. Saya menilai petani dari tanaman hortikultura ini indeksnya berpotensi untuk kembali turun di Agustus. Seiring dengan penurunan harga cabai. Sementara itu, NTP tanaman pangan berpeluang stagnan jika pemerintah tidak merubah (intervensi) kebijakan pembelian gabah di tingkat petani," ujarnya.
Editor : Jafar Sembiring