MEDAN, iNews.id - Bank Indoneisa (BI) pada 20-21 Juli 2022 memutuskan tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Perlu diketahui, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55 persen (yoy). Sementara Inflasi inti tetap terjaga sesuai sasaran BI yakni sebesar 2,63 persen (yoy).
"BI dalam membuat keputusan suku bunga didasarkan pada asessmen dan proyeksi inflasi khususnya inflasi inti dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi," ujarnya secara virtual, Jumat (22/7/2022).
Perry menjelaskan, dalam konteks ini harus dibedakan antara inflasi IHK dan inflasi inti. Menurutnya, pada perkembangan inflasi bulan lalu di mana inflasi IHK sebesar 4,35 persen namun inflasi inti hanya sebesar 2,63 persen, menunjukkan meskipun permintaan meningkat tapi penawarannya dapat dipenuhi oleh dalam negeri.
"IHK diakibatkan oleh volatile food sebagai dampak harga pangan global dan gangguan rantai pasokan global. Dan administered prices tergantung kebijakan fiskal dalam hal ini harga energi bersubsidi tidak ada kenaikan tapi ada kenaikan dari energi nonsubsidi. Inilah yang menyebabkan kenaikan inflasi IHK di mana tekanan inflasi bersumber dari sisi penawaran yaitu dari harga energi yang tidak disubsidi," pungkasnya.
Melihat perkembangan tersebut, Perry meyakini bahwa inflasi IHK akan berada diatas target sasaran BI yang sebesar 3 plus minus 1 persen. Di sisi lain inflasi inti akan sesuai target yang disasar BI.
"Kami perkirakan inflasi akhir tahun lebih dari 4,2 persen bisa 4,5-4,6 persen, ini untuk inflasi IHK. Sementara inflasi inti masih sesuai sasaran BI dalam arti belum melebihi 4 persen," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar