Jangan Peluk Anak Setelah Pulang Kerja! Pesan Penting dari Talk Show The Clinic Pediatric Care Medan
MEDAN, iNewsMedan.id – Orang tua sering tak sadar, rasa sayang justru bisa menjadi jalan masuk penyakit bagi anak. Dalam talk show menyambut Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang digelar The Clinic–Pediatric Care Medan, Jumat (18/7), dr Muhammad Akbar Sp.A mengingatkan agar orang tua tidak langsung memeluk anak sepulang kerja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. “Kadang saking sayangnya, orang tua langsung peluk anak sepulang kerja, padahal bisa saja membawa kuman. Sebaiknya bersih-bersih dulu, mandi sebelum kontak dengan anak,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya imunisasi sebagai investasi jangka panjang bagi kesehatan anak. Menurutnya, imunisasi tidak hanya mencegah anak jatuh sakit, tetapi juga melindungi masa depan mereka dari penyakit menular berbahaya. “Imunisasi itu bukan hanya untuk mencegah anak sakit, tapi juga melindungi masa depannya. Kita bicara soal TBC, polio, campak, difteri—semua bisa dicegah. Tapi kalau sudah kena, apapun pengobatannya tidak akan mengubah dampaknya, apalagi jika sampai cacat,” jelasnya.
Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya imunisasi masih tergolong rendah, meski layanan imunisasi tersedia secara gratis dari pemerintah. “Berdasarkan data klinik, dari banyak anak yang datang berkonsultasi, hanya sebagian kecil yang benar-benar mendapat imunisasi lengkap. Padahal imunisasi seperti PCV bisa mencegah infeksi saluran pernapasan atas yang sering menimpa anak-anak,” ujarnya.
Selain isu imunisasi, talk show bertema Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045 itu juga menghadirkan narasumber dari bidang kesehatan anak lainnya. Ahmad Husaini Dongoran dari Power Team membahas pentingnya sunat atau sirkumsisi sejak usia dini sebagai bagian dari upaya membentuk generasi sehat dan berkualitas. “Sunat itu bisa mencegah infeksi saluran kemih, mengurangi risiko infeksi menular seksual, hingga mencegah kanker penis. Bahkan pimosis, kondisi kulit kulup yang menutup ujung penis dan menyebabkan susah buang air kecil, bisa ditangani lewat sunat,” katanya.
Ia juga mengutip hasil penelitian dari Turki yang menunjukkan bahwa bayi di bawah satu tahun yang disunat memiliki waktu penyembuhan yang lebih cepat dan biaya yang lebih ringan. “Regenerasi jaringan pada bayi jauh lebih baik. Itu sebabnya kita dorong sunat dilakukan sejak dini,” ucapnya. Ahmad menambahkan, Power Team telah menjangkau dua angkatan tim dan menargetkan seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara, sebelum meluas ke tingkat nasional.
Sementara itu, dr Halidah Rahma Nst mengangkat pentingnya mencegah stunting sejak 1.000 hari pertama kehidupan—masa kritis yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. “Kalau nutrisi cukup di masa itu, perkembangan kognitif, motorik, dan imunitas anak akan optimal. Tapi kalau tidak, dampaknya bisa panjang sampai anak dewasa,” ujar Halidah.
Ia menjelaskan bahwa pemenuhan nutrisi yang memadai bukan hanya soal banyak makan sayur. “Justru protein hewani yang lebih penting karena mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan untuk hormon pertumbuhan. Sayur itu masuk kategori mikronutrien, sedangkan yang dibutuhkan anak stunting adalah makronutrien,” tegasnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting nasional memang turun menjadi 19,8%. Namun, di Sumatera Utara justru meningkat menjadi 22%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Fakta ini menunjukkan masih lemahnya perhatian terhadap gizi anak, terutama setelah melewati usia satu tahun.
Halidah juga menekankan pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala. “Untuk anak di bawah satu tahun, sebaiknya dilakukan setiap bulan. Untuk usia 1–2 tahun setiap tiga bulan, dan setelah usia dua tahun minimal setiap enam bulan hingga setahun sekali,” jelasnya. Ia menambahkan, “Tidak semua anak bertubuh pendek pasti mengalami stunting, namun anak yang stunting pasti bertubuh pendek. Oleh karena itu, diagnosis harus berbasis kurva pertumbuhan WHO dan pemeriksaan menyeluruh.”
Ketiga narasumber sepakat bahwa membangun generasi emas Indonesia 2045 dimulai dari anak-anak yang sehat, tumbuh optimal, dan mendapat perlindungan menyeluruh—baik dari aspek gizi, kebersihan, hingga imunisasi. Talk show ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Hari Anak Nasional bukan sekadar perayaan, tetapi momentum untuk memastikan komitmen bersama terhadap masa depan anak-anak Indonesia.
Editor : Ismail
Artikel Terkait