Dari sinilah ide jualan baru muncul. Nia dibantu sang suami mulai menjual es batu dalam kemasan plastik. Usaha yang awalnya dikelola mertuanya ini ia kembangkan menjadi produk dagangan tetap di tokonya. Ternyata, peminatnya cukup besar. Tak hanya untuk konsumsi rumahan, tapi juga untuk para pelaku usaha kecil di sekitarnya.
"Awalnya buat biasa aja, tapi lama-lama banyak warung dan pedagang yang ambil. Katanya es batu kemasan ini lebih awet dan cocok buat pengiriman antar kota," jelas Nia.
Dengan harga yang terjangkau, hanya Rp 1.000 per bungkus, es batu kemasan buatan Nia kini menjadi primadona di kalangan pelaku usaha kecil di sekitarnya. Ia bahkan memberi bonus khusus setiap pembelian 10 bungkus, pembeli akan mendapat satu bungkus tambahan secara cuma-cuma. Strategi sederhana itu rupanya menjadi daya tarik tersendiri, apalagi bagi para pelanggan setia.
Mulai dari pedagang es dawet, es jeruk, hingga empat toke penjual ikan dan para peternak babi, semuanya kini bergantung pada suplai es batu dari Toko Nia Pringgan. Mereka menggunakan es batu kemasan itu untuk menjaga suhu produk dagangan mereka tetap dingin selama proses pengiriman, terutama untuk rute antar kota bahkan antar provinsi. Es balok dinilai terlalu cepat mencair dan memakan tempat, sementara es batu kemasan buatan Nia lebih praktis dan tahan lama, bahkan saat mencair, airnya masih menyimpan suhu dingin lebih lama.
Rizki (27), seorang pedagang es dawet yang rutin mengambil pasokan dari Nia, menyampaikan kepuasannya. “Airnya jernih, nggak kuning seperti es kebanyakan. Soalnya dia pakai air galon, lebih bersih dan aman. Terus kalau beli 10, dapat 1 gratis. Kan lumayan juga buat pedagang kecil seperti saya,” tuturnya.
Setiap hari, Nia menyiapkan 100 bungkus es batu ukuran kecil, yang ia susun rapi dalam empat kulkas pembeku yang memenuhi sebagian besar ruang di belakang tokonya. Padahal, awalnya ia hanya memproduksi sekitar 60 bungkus per hari. Permintaan yang terus meningkat membuatnya harus berpikir cepat, rencananya, ia akan menambah lagi kulkas pembeku agar mampu memenuhi kebutuhan pasar yang kian bertumbuh.
"Capek sih, pasti. Apalagi mulai dari pagi udah harus urus es, toko, pelanggan. Tapi saya lihat usaha ini punya harapan. Dari es batu kecil-kecil ini, keluarga kami bisa bertahan," ucap Nia sembari tersenyum lelah, namun penuh keyakinan.
Editor : Chris
Artikel Terkait