MEDAN, iNewsMedan.id - Farhan Doli Fadhiil Siagian merupakan sosok inovatif di balik dua program penting yang berupaya meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat Indonesia.
Melalui program Rumah Baca dan Wakaf Buku, serta aplikasi Literaku, alumni Universitas Sumatera Utara (USU), ini menunjukkan dedikasinya untuk menciptakan akses pendidikan yang lebih luas dan inklusif. Termasuk bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil maupun penyandang disabilitas.
Sebagai project manager di program Rumah Baca dan Wakaf Buku, yang bernaung di bawah Lembaga Amil Zakat (LAZ) Ulil Albab, Farhan berhasil mendirikan 12 rumah baca di daerah-daerah terpencil Sumatera Utara.
Program ini bertujuan untuk membuka akses pendidikan bagi anak-anak dengan menyediakan berbagai koleksi buku, termasuk buku pelajaran dan buku cerita.
"Rumah baca ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat kegiatan edukatif yang mendorong minat anak-anak dalam mengeksplorasi pengetahuan," ujar Farhan, Rabu (6/11/2024).
Perjalanan Farhan dimulai dari peran relawan biasa yang tergerak membantu pendidikan anak-anak di daerah terpencil. Kini, sebagai pemimpin program, ia bertanggung jawab dalam memastikan rumah baca berjalan optimal dengan dukungan masyarakat setempat, donatur, dan relawan.
Dengan antusiasme anak-anak sebagai motivasinya, Farhan berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program hingga mencapai titik ke-13 dan seterusnya.
Tidak hanya di daerah terpencil, Farhan bersama timnya dari Program Studi Ilmu Komputer USU juga mengembangkan aplikasi Literaku, sebuah platform literasi berbasis teknologi yang dirancang untuk penyandang tunanetra.
Aplikasi ini memanfaatkan teknologi suara dan Natural Language Processing (NLP) untuk memudahkan pengguna tunanetra dalam mengakses materi bacaan secara mandiri.
Literaku memungkinkan pengguna untuk mencari, membaca, dan mendengarkan konten melalui sistem audio sederhana, dengan navigasi berbasis suara yang memudahkan interaksi.
Aplikasi yang pertama kali diluncurkan pada akhir tahun 2022 ini dilengkapi dengan koleksi audiobook gratis, riwayat aktivitas, dan fitur unggah materi bacaan oleh komunitas untuk memperkaya konten yang tersedia.
"Literaku tidak hanya menjadi media belajar, tetapi juga menjembatani komunitas dalam mengembangkan konten bagi tunanetra. Aplikasi ini kini dapat diunduh melalui Play Store dan terus dikembangkan agar lebih bermanfaat," jelas Farhan.
Farhan berharap bahwa Literaku dan Rumah Baca dapat mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan inklusif, baik melalui kontribusi konten, dukungan finansial, atau keterlibatan langsung sebagai relawan.
"Dengan Literaku, saya ingin menginspirasi inovasi teknologi yang inklusif lainnya untuk mendukung akses pendidikan yang setara," ucap Farhan.
Farhan meyakini bahwa dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan generasi muda, pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih inklusif, sehingga semua orang, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang.
"Melalui hal ini, saya ingin mengukir dampak positif bagi pendidikan Indonesia, menciptakan peluang belajar bagi anak-anak di pelosok dan memberikan ruang literasi bagi tunanetra," pungkas Farhan.
Perjalanan Farhan adalah bukti nyata bagaimana inovasi dan kepedulian dapat bergandengan untuk membuka gerbang ilmu bagi semua kalangan, menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait