JAKARTA, iNewsMedan.id - Penyakit jantung rematik (PJR) merupakan suatu kondisi ketika terjadi kerusakan pada katup jantung yang dapat berupa penyempitan atau kebocoran. Kondisi ini terjadi sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).
Guru Besar Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FKUI, Prof. Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, Sp.JP, Subsp. Eko(K) mengungkap bahwa penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri Streptococcus tipe A.
“Penyakit ini berawal dari infeksi tenggorok oleh kuman streptococcus beta hemolitikus grup A pada masa kanak-kanak yang menimbulkan reaksi inflamasi dan autoimun,” kata Prof. Amiliana Mardiani Soesanto dalam pidatonya pada acara Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (17/2/2024).
Meski penyakit ini bisa dicegah, Prof. Amiliana Mardiani Soesanto menjelaskan ada kemungkinan sekitar 1% sampai 3% infeksi tenggorok yang bisa menjadi Demam Rematik Akut (DRA) dan faktor genetik juga peranan penting.
Pasien yang memiliki demam rematik akut harus melakukan pengobatan serta pencegahan yang kuat. Pasalnya penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan morfologi dan fungsi katup jantung secara permanen.
“Namun, bila pada pasien DRA tidak dilakukan pengobatan atau pencegahan sekunder yang kuat, maka secara perlahan bisa terjadi kerusakan morfologi dan fungsi katup secara permanen atau disebut penyakit jantung rematik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Amiliana Mardiani Soesanto menjelaskan bahwa penyakit jantung katup termasuk di dalamnya ada penyakit jantung rematik ini masih belum mendapatkan perhatian yang cukup di Indonesia.
Sehingga saat ini masih belum ada data nasional yang mencatat berapa banyak kasus yang telah terjadi di Indonesia. Ia pun menjelaskan bahwa kondisi ini layaknya puncak gunung es, karena masih ada jauh lebih banyak lagi kasus-kasus yang belum terdeteksi.
Prof. Amiliana Mardiani Soesanto mengingatkan akan pentingnya deteksi dini penyakit jantung rematik untuk mencegah pertambahan jumlah kasus terinfeksi dan juga mengetahui langkah-langkah preventif lainnya yang bisa dilakukan.
“Karena PJR adalah penyakit yang bisa dicegah, maka perlu dilakukan screening terhadap kasus yang belum bergejala yang ada dalam masyarakat untuk kepentingan mencegah progresivitas penyakit,” tandasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait