Sudah Siapkah Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 5.0?

Jafar
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

PADA tahun 2023 yang menduduki usia  produktif di Indonesia adalah gen milenial dan gen Z. Saat ini gen millennial yang mendominasi lingkungan pekerjaan. Sementara sebagian gen Z masih menempuh pendidikan dan sebagian gen Z sedang mencari pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik dan keinginan mereka. Generasi millennial dan gen Z dikenal sebagai generasi yang haus akan teknologi, dimana teknologi menjadi salah satu faktor penunjang aktivitas generasi millennial dan gen Z.

Saat ini dunia dihadapkan dengan salah satu isu, yaitu revolusi society 5.0, dimana society 5.0 merupakan penyempurnaan dari era Industry 4.0. Penggunaan AI, IoT, Big data, dan lain-lainnya tetap digunakan, namun posisi manusia ditempatkan sebagai komponen utama dalam menjalankan suatu sistem sebagai upaya mempertimbangkan aspek humaniora dalam menyelesaikan isu-isu sosial dan keberlanjutan pembangunan suatu negara.

Melihat isu-isu yang ada di Indonesia aspek pendidikan, infrastruktur, dan jaringan internet, bahkan melihat dari PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia menempati urutan ke 69 dan Singapore menempati urutan pertama sebagai sistem pendidikan terbaik di dunia, sehingga menyebabkan tidak semua SDM Indonesia dikatakan belum mampu menghadapi era society 5.0.

Untuk memasuki revolusi society 5.0, seluruh SDM dituntut untuk menjadi SDM yang unggul, kreatif dan berkarakter. Tantangan kerja kreatif, inovatif, terbukanya peluang bekerja secara virtual dalam bidang kerja yang sesuai dengan minat, dan idealisme di era digital pada akhirnya mulai mengubah perspektif terkait pemaknaan karir pekerjaan di kalangan milenial. Maka dari itu perlu adanya sistem pendidikan yang baik untuk menghasilkan SDM yang berkualitas tinggi, seperti memproyeksikan kurikulum dengan tiga komponen utama mendidik siswa menghadapi tantangan era society 5.0, yaitu pendidikan karakter; kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif; dan kemampuan menggunakan serta mengikuti perkembangan teknologi.

Solusi untuk Indonesia dalam menghadapi revolusi 5.0

Di era perkembangan teknologi yang semakin pesat, Indonesia masih saja belum siap bersaing dan juga belum siap menghadapi era society 5.0 terlihat dari tidak meratanya sistem pendidikan. Pada daerah pedalaman Indonesia masih belum mendapatkan fasilitas pendukung pendidikan yang merata seperti akses jalan menuju sekolah yang terputus, bangunan sekolah yang tidak layak dan masih banyak sekolah yang tidak didukung oleh teknologi. Pemerintah Indonesia seharusnya bisa berkaca dengan sistem pendidikan di negara lain seperti di Singapore yang menduduki peringkat pertama dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Singapore memiliki kurikulum pendidikan yang berfokus pada pengembangan keterampilan siswa, tidak hanya berfokus pada hardskill tetapi juga berfokus pada softskill siswa.

Selain peran peserta didik, infrastruktur maupun teknologi, tenaga pendidik yang professional dan berkompeten juga akan sangat berpengaruh untuk masa depan dunia kependidikan di era revolusi society 5.0. Tenaga pendidikan di era society 5.0 juga harus memiliki keterampilan yang baik dibidang digital, mampu berpikir kritis serta berpikir kreatif dan inovatif. Seorang guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas. Pada saat ini posisi guru hanya menjadi fasilitator bagi siswa dalam proses belajar-mengajar yang diharapkan siswa mampu berpikir secara kritis dan adaptif. Dengan demikian Indonesia akan melahirkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang.  Untuk mendapatkan hal tersebut tentu adanya fasilitas yang memadai, seperti teknologi. Namun sangat disayangkan, di beberapa daerah Indonesia masih belum memulai menggunakan teknologi karena keterbatasan akses jalan yang sulit. Hal ini menjadi salah satu isu nasional bagi pemerintah. Jika pemerintah menutup mata mengenai infrastruktur yang tidak memadai pada daerah tersebut,  bukan tidak mungkin isu nasional ini terus berkelanjutan dan terindikasi Indonesia tidak bisa bersaing.

Langkah yang harus diambil oleh pemerintah adalah perbaikan infrastruktur di semua daerah termasuk daerah pedalaman Indonesia terlebih dahulu agar masyarakat mudah menjalankan aktivitasnya dan akses teknologi juga mudah masuk kedaerah pedalaman tersebut. Perbaikan infrastruktur ini juga membutuhkan SDM yang terintegrasi. Jika teknologi sudah menjangkau semua daerah di Indonesia maka dapat dipastikan terjadinya pemerataan pendidikan dan diharapkan Indonesia melahirkan SDM yang berkualitas dari semua daerah termasuk daerah pedalaman. Maka dari itu ketika pemerintah membuka mata untuk perubahan yang lebih maju bukan tidak mungkin Indonesia bisa bersaing bahkan Indonesia bisa mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat, khususnya di era society 5.0.

Artikel ini dibuat oleh Wanda Anisya Putri S.M dan Amajida Nurul Idzni S.E. Mahasiwa Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Elisabeth Siahaan SE. M.Ec.

Editor : Odi Siregar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network