Selain Pemberontakan Madiun, Gatot juga pernah berperan dalam penumpasan pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar pada 1952. Tak hanya sekadar meraih kemenangan, para pemberontak pun berhasil dibujuk agar kembali ke TKR.
Atas pencapaian tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.
Pada tahun 1953, sempat terjadi kericuhan di istana negara karena tuntutan rakyat yang ditolak. Dituduh sebagai dalangnya, Gatot mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militernya juga.
Akan tetapi, tiga tahun berselang dia kembali aktif dan menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakil KSAD) pada 1956. Salah satu pencapaiannya adalah menumpas pemberontakan PRRI/Permesta yang ada di Sumatera dan Sulawesi Utara.
Selain itu, Jenderal Gatot Subroto juga dikenal sebagai penggagas ide pembentukan akademi militer guna membina dan melatih para perwira muda. Pada akhirnya, ide tersebut direalisasikan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 1965.
Di akhir hidupnya, Gatot Subroto meninggal dunia pada 11 Juni 1962 karena sakit. Jenderal dengan 17 bintang jasa ini mendapat kenaikan pangkat menjadi Jenderal Anumerta.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait