25 Perguruan Tinggi di Sumut Deklarasi Komitmen Bersama Percepatan Penurunan Stunting

Ismail
25 Perguruan Tinggi di Sumut Deklarasi Komitmen Bersama Percepatan Penurunan Stunting (Foto: Ismail/iNewsMedan)

MEDAN, iNewsMedan.id-  Sebanyak 25 perguruan tinggi di Sumatera Utara berkomitmen untuk bersama melakukan percepatan penurunan stunting di wilayah Sumatera Utara. Komitmen ini dituangkan dalam bentuk deklarasi bersama melalui Program Matching Fund Kedaireka, Kamis (1/9).

"Program ini merupakan upaya dari kampus untuk mengajak stakeholder terutama BKKBN menurunkan angka stunting. Nantinya perwakilan 25 perguruan tinggi itu akan akan turun ke lapangan, membuat dapur sehat dengan menggunakan pangan lokal. Jadi pendampingan lebih fokus ke pasangan mau menikah, ibu hamil untuk mengatasi stunting," ucap Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Muryanto Amin. 

Nantinya kata Muryanto,  masyarakat akan diberikan pengetahuan tentang gizi, prakonsepsi, gizi ibu hamil hingga gizi 1.000 hari kehidupan bayi.  "Selain itu, masyarakat akan diberi pendampingan pengolahan makanan tambahan berbasis pangan lokal," bebernya.

Kepala BKKBN Perwakilan Sumatera Utara, Muhammad Irzal mengatakan di Sumut terdapat tiga daerah yang paling tinggi kasus stunting antara lain Kabupaten Madina berada di angka 44,7 persen, Padanglawas 40,8 persen dan Pakpak Bharat 40 persen. 

"Ini tiga besar berdasarkan angka SSGI 2021. Untuk daerah beresiko stunting, maka percepatan penurunan stunting, harus kita perbaiki dari hulu. Misalnya saja, untuk pasangan yang mau menikah, dan ibu rumah tangga, kita berikan informasi bagaimana mencegah terjadinya stunting," jelas Irzal.

Irzal menambahkan pendampingan akan dilaksanakan di 25 kabupaten kota. Dengan kolaborasi perguruan tinggi, diharapkan angka stunting di Sumut bisa turun.

"25 perguruan tinggi ini akan dikoordinir oleh USU. Nantinya tim akan turun ke lapangan memberikan pendampingan ke masyarakat agar memanfaatkan makanan lokal. Karena Sumut daerah agraris, ikannya ada, lahannya subur, makanya kita berikan informasi bagaimana dia mengelola makanan lokalnya mnjd makanan bergizi untuk keluarga yang beresiko stunting," urainya.

Tim Peneliti Stunting USU, Destanul Aulia menambahkan keterlibatan 25 perguruan tinggi ini diharapkan bisa menekan angka stunting hingga 14 persen pada Tahun 2024. 

"Kita harap bahwa keterlibatan perguruan tinggi akan memberikan pencerahan kepada seluruh stakeholder yang ada di Sumut. Jadi kita ajak sama sama bergotong royong. Kita berharap penurunan stunting bisa terjadi. 

Menurutnya stunting bisa disebabkan soal perilaku hidup bersih dan sehat hingga pola pikir. Selain itu faktor budaya juga sangat berperan menyebabkan tingginya angka stunting.

"Di Sumut ada tiga daerah yang angka stunting nya tinggi. Penyebabnya lebih ke soal perilaku, mengubah mindset nya susah sekali, kita perlu waktu. Ada budaya di daerah itu yang belum terbuka. Itu yang harus kita kikis. Misalnya buang air tidak di tempat yang disediakan. Selain itu masalah pola asuh dan gizi. Dengan pendampingan dari perguruan tinggi, maka angka stunting ini bisa ditekan," terangnya. 

Sebagaimana diketahui, stunting atau masalah kurang gizi kronis masih menjadi persoalan serius di Sumatera Utara (Sumut). Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 preventif stunting Sumut berada di angka 25,8% atau peringkat 17 secara nasional. 

Editor : Ismail

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network