iNewsMedan.id - Tren operasi plastik tidak pernah pudar dan semakin digemari masyarakat. Melansir dari laman National Health Service Inggris, tujuan utama operasi plastik adalah untuk mengembalikan penampilan dan fungsi jaringan kulit yang rusak akibat berbagai sebab. Sehingga, hasilnya akan semirip mungkin dengan kondisi normal.
Mungkin ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa operasi plastik benar-benar menggunakan plastik dalam implementasinya. Sebenarnya, operasi plastik tidak ada kaitannya dengan plastik.
Kata plastik pada istilah operasi plastik diambil dari kata dalam bahasa Yunani ‘plastikos’, yang berarti memberi bentuk atau membentuk.
Di sisi lain, banyak pihak yang menyamakan bedah plastik dengan bedah kosmetik. Padahal, kedua hal ini adalah tindakan yang berbeda. Masih menurut NHS, bedah kosmetik merupakan operasi yang dilakukan semata-mata hanya untuk mengubah penampilan seseorang menjadi lebih menarik.
Meski organ atau bagian tubuhnya normal, namun dengan melakukan bedah kosmetik, orang atau pasien tersebut tentunya akan jauh merasa lebih percaya diri dan bangga dengan penampilan barunya.
Operasi plastik rupanya mempunyai sejarah yang cukup panjang. Laman CNN Style menyebut, prosedur operasi plastik yang paling tua sudah dilakukan sejak masa Mesir kuno. Operasi tersebut awalnya diketahui dalam sebuah dokumen bertajuk Edwin Smith Papyrus, yakni terkait bedah trauma awal berisi studi kasus berbagai diagnosis dan cedera. Sayangnya, tidak ada sumber pasti yang menyebutkan tahun dilakukannya operasi plastik pertama kali.
Dalam Edwin Smith Papyrus itu, disebutkan bagaimana orang-orang kuno di Mesir melakukan perawatan atas luka patah tulang, cedera hidung, sampai ‘mengembalikan’ posisi hidung yang bergeser ke posisinya semula dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu. Selain itu, ada pula alat yang terbuat dari serat kain dan sumbat linen yang menahan posisi hidung tetap di tempatnya.
Orang-orang Mesir dideteksi juga pernah menggunakan kaki palsu. Hal tersebut diketahui dari mumi yang ditemukan pada tahun 2000-an. Namun, masih terjadi perdebatan, apakah prosedur tersebut masuk dalam sejarah awal dilakukannya operasi plastik.
National Geographic menyebut, operasi plastik juga dilakukan oleh masyarakat India Kuno untuk menghukum pelaku perzinaan. Selain itu, mereka yang melanggar kriminal dan hukum militer juga akan menerima hukuman sadis ini. Jenis hukuman yang mereka dapatkan adalah dengan mengangkat bagian hidung dari wajahnya. Efek yang didapat tentunya lebih kepada sosial, di mana si penerima hukuman akan merasa malu.
Setelahnya, dokter-dokter di India menggunakan cangkok kulit untuk merekonstruksi wajah, sejak 800 SM. Prosedur operasi plastik itu dikenal dengan nama Sushruta Samhita, yang juga digunakan untuk menguatkan ajaran kebaikan dan menjauhkan masyarakat dari ajaran keburukan pada masa India kuno. Sushruta Samhita diambil dari nama Sushruta, yang kerap disebut sebagai bapak bedah plastik.
Di China juga diketahui adanya operasi bibir sumbing pertama yang dilakukan, yakni di sekitar abad ke-4. Sementara di Roma, ada kasus pasien yang kelebihan kulit di sekitar mata dan kemudian diangkat dengan cara dibedah. Fakta-fakta di Roma tersebut dikuak dari ensiklopedia Aulus Cornelius Celcus yang melakukan dokumentasi atas studi kasus itu.
Namun demikian, operasi plastik baru berkembang pesat di abad ke-19 dan 20, kala perang mulai banyak terjadi. Kemajuan operasi plastik sangat terlihat di dunia medis Amerika Serikat (AS) dan Eropa. John Peter Mettauer merupakan ahli bedah plastik pertama AS kelahiran Virginia tahun 1787. Melansir laman Perhimpunan Ahli Bedah Plastik AS, Mettauer melakukan operasi perdana di tahun 1827 dengan prosedur rancangannya sendiri.
Perang Dunia I merupakan momen di mana operasi plastik banyak dilakukan kepada para korban perang. Momen tersebut bahkan meningkatkan standar operasi plastik. Sebab, kasus yang dialami bukan lagi hanya seputar pergeseran tulang hidung atau luka mulut, melainkan hancurnya bagian rahang, hidung, dan bibir, dengan luka parah (bahkan sampai pecah) akibat tembakan senjata modern. Dengan begini, maka pengobatan menuju pemulihan harus dilakukan dokter dengan cara yang lebih inovatif.
Seiring waktu, berbagai dokter ahli operasi plastik pun bermunculan. Mereka datang dari beragam negara di Eropa, seperti Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, hingga Austria-Hungaria. Para dokter tersebut mengabdikan diri mereka untuk menangani korban perang yang membutuhkan operasi plastik usai Perang Dunia I. Sementara itu, di AS ada dokter bedah plastik lain setelah era Mettauer, yakni Varaztad Kazanjian asal Boston dan Vilray Blair yang berasal dari St. Lois, Missouri.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait