Bukan Nilai Saja, Ini Rahasia Anak Tangguh Hadapi Tekanan Sekolah
MEDAN, iNewsMedan.id– Berbagai studi pendidikan menunjukkan bahwa kolaborasi yang solid antara sekolah dan orang tua merupakan salah satu kunci keberhasilan akademik sekaligus perkembangan emosional anak. Sejumlah riset global, termasuk dari Harvard Graduate School of Education dan OECD, menegaskan bahwa keterlibatan orang tua yang konsisten berkontribusi langsung terhadap peningkatan motivasi belajar, capaian akademik, serta kesejahteraan psikologis siswa.
Temuan tersebut memperlihatkan bahwa anak yang memperoleh dukungan selaras dari rumah dan sekolah umumnya memiliki daya tahan belajar (resilience) yang lebih kuat serta kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan di setiap fase pendidikan.
Dengan pendekatan kemitraan yang kuat antara rumah dan sekolah, Sampoerna Academy meyakini bahwa pendampingan holistik tidak hanya mendorong prestasi akademik, tetapi juga membentuk karakter, kemandirian, dan kesejahteraan emosional siswa. Sebagai pionir pendidikan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) di Indonesia, Sampoerna Academy terus memperkuat komitmennya untuk memaksimalkan potensi setiap anak melalui ekosistem pembelajaran yang menyeluruh di berbagai jenjang pendidikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kolaborasi antara orang tua dan sekolah tidak sekadar berbagi peran, tetapi perlu dibangun secara sinergis sebagai upaya bersama dalam mendukung perjalanan belajar anak.
School Director Sampoerna Academy, Mustafa Guvercin, menegaskan pentingnya keselarasan tersebut. “Dari pengalaman kami mendampingi siswa dan berinteraksi erat dengan para orang tua, kami melihat betapa besar dampak positif ketika rumah dan sekolah benar-benar berjalan seiring. Saat komunikasi terjalin secara terbuka dan kolaborasi dilakukan secara konsisten, anak tumbuh lebih percaya diri, termotivasi, serta memiliki fondasi karakter yang kuat. Inilah yang membentuk mereka menjadi pembelajar seumur hidup yang siap menghadapi setiap tahapan kehidupan, baik di Indonesia maupun di tingkat global,” ujarnya.
Namun dalam praktiknya, perjalanan akademik seorang anak tidak selalu berjalan mulus. Setiap anak melewati fase perkembangan yang dinamis, mulai dari perubahan emosional dan sosial hingga tekanan akademik, yang dapat memengaruhi motivasi serta hasil belajar. Pada titik inilah peran kolaboratif antara sekolah dan orang tua menjadi sangat krusial.
Psikolog Pendidikan, Cynthia Vivian Purwanto, M.Psi, menjelaskan bahwa sejak masa kanak-kanak hingga remaja, anak menghadapi tantangan yang berbeda di setiap fase perkembangan, baik secara emosional, sosial, maupun akademik. Oleh karena itu, pendekatan pendampingan dari sekolah dan orang tua perlu disesuaikan dengan kebutuhan di setiap jenjang.
Fase Balita atau Taman Kanak-Kanak (TK) Pada tahap ini, anak membangun fondasi kebiasaan belajar seumur hidup yang mencakup perkembangan motorik, bahasa, kognitif, serta pengelolaan diri, termasuk kontrol emosi. Kematangan perkembangan dan kemampuan mengelola diri akan membantu anak memahami pelajaran dan beradaptasi dengan aktivitas belajar di kelas.
Fase Anak-anak atau Sekolah Dasar (SD) Beban akademik mulai meningkat dan anak mulai menilai kompetensi dirinya dengan membandingkan kemampuan dengan teman sebaya, seperti nilai ujian atau kemampuan memecahkan soal. Kondisi ini berpengaruh terhadap keterlibatan di kelas, kegigihan dalam menghadapi kesulitan, hingga capaian akademik.
Fase Remaja Awal atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) Memasuki fase ini, tantangan menjadi lebih kompleks. Tuntutan akademik yang meningkat, perubahan hormonal, relasi dengan teman sebaya, hingga proses pencarian jati diri dapat memengaruhi motivasi dan performa belajar anak.
Fase Remaja Akhir atau Sekolah Menengah Atas (SMA) Fase ini menjadi tahap penentuan masa depan. Anak yang memahami tujuan, potensi, dan minatnya cenderung lebih matang dalam mengambil keputusan serta lebih termotivasi untuk belajar guna memenuhi syarat kelulusan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang diinginkan.
Cynthia menekankan bahwa jika berbagai tantangan tersebut tidak ditangani dengan tepat, dampaknya dapat berupa penurunan motivasi belajar, prestasi akademik yang kurang optimal, hingga terganggunya kesehatan mental anak. “Kolaborasi orang tua dan sekolah memerlukan sinergi nyata, di mana kedua pihak saling mendengarkan dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara positif. Dengan demikian, anak dapat membangun kebiasaan belajar yang sehat, resiliensi diri, motivasi intrinsik, rasa percaya diri, kemampuan sosial adaptif, serta kesehatan mental yang baik untuk menghadapi tantangan hidup ke depan,” jelasnya.
Komitmen Sampoerna Academy terhadap kolaborasi ini diwujudkan melalui berbagai inisiatif, antara lain sesi parent engagement, layanan konseling, learning conference, serta program pendampingan akademik yang melibatkan orang tua secara aktif. Upaya ini bertujuan membangun ekosistem pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter, keterampilan abad ke-21, dan kesiapan global siswa.
Hal tersebut dirasakan langsung oleh Almira Lie, orang tua dari Tristan Nathaniel Basri yang bersekolah di Sampoerna Academy Medan sejak tingkat TK. Menurutnya, lingkungan sekolah yang suportif berperan besar dalam membentuk motivasi belajar anaknya. “Guru adalah pihak pertama yang melihat bakat Tristan dan memberi banyak kesempatan baginya untuk berkembang. Hasilnya, Tristan berhasil meraih IB Diploma Top Scorer dengan nilai 44 dari 45 dan diterima di Imperial College London,” tuturnya.
Melalui kolaborasi terstruktur dan komunikasi yang transparan, Sampoerna Academy terus berkomitmen membimbing setiap siswa meraih hasil terbaik, tidak hanya secara akademik, tetapi juga dalam mempersiapkan mereka menghadapi pendidikan tinggi dan dunia kerja. Dengan demikian, siswa diharapkan tumbuh menjadi individu yang berpikir kritis, kreatif, dan berempati—kualitas penting dalam membentuk generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam rangka merayakan 20 tahun Sampoerna Schools System, Sampoerna Academy menghadirkan penawaran khusus sebagai bentuk apresiasi kepada para orang tua. Penawaran tersebut meliputi potongan biaya sekolah hingga Rp24 juta, bebas biaya pendaftaran, serta bebas biaya buku dan seragam. Inisiatif ini diharapkan dapat membuka kesempatan yang lebih luas bagi keluarga untuk merasakan pengalaman pendidikan berstandar global.
“Kami berharap siswa-siswi Sampoerna Academy dapat menjadi pembelajar seumur hidup yang siap bersaing secara global, sekaligus melihat sekolah sebagai ruang untuk bereksplorasi. Ketika sekolah dan orang tua bekerja bersama, anak tidak hanya didorong untuk unggul secara akademik, tetapi juga memiliki resiliensi, ketahanan emosional, dan perspektif global sebagai bekal menjadi pemimpin masa depan yang adaptif dan peduli,” tutup Mustafa.
Editor : Ismail