Tak Tunggu Pemerintah, PT Rapala Langsung Gerakkan 50 Ton Bantuan
LANGKAT, iNewsMedan.id — Selama dua pekan lebih setelah banjir besar melanda Langkat dan Aceh Tamiang, PT Rapala terus mengirimkan bantuan ke wilayah-wilayah terdampak. Total 50 ton logistik telah disalurkan sejak bencana terjadi, mencakup bahan pokok, kebutuhan bayi, serta pakaian layak pakai.
Pengiriman terbaru dilakukan pada Rabu (10/12/2025) ke sejumlah desa di Kecamatan Bendahara, Banda Mulia, dan Seruway. Logistik diberangkatkan dari Kantor Direksi Medan dan tiba di gudang PT Rapala Kebun Sei Iyu untuk kemudian didistribusikan oleh Area Manager Wilayah II, Kariman Silaen, bersama tim kebun.
Paket bantuan berisi beras, mie instan, minyak goreng, gula, susu, telur, air mineral, sarden, kecap, popok bayi, hingga deterjen dan disinfektan untuk beberapa wilayah.
“Target kami adalah menjangkau 20 desa yang terdampak, termasuk yang sulit diakses karena sebagian masih terendam,” ujar Kariman.
Untuk menembus lokasi-lokasi tersebut, karyawan PT Rapala mengoperasikan truk, mobil double cabin, dan motor trail. Kondisi jalan tidak mudah karena genangan lumpur masih tersisa dan beberapa jembatan rusak akibat jebolnya tanggul Sungai Tamiang.
Dari pihak Direksi Rapala Medan, Beatus Rafael Lumbangaol bersama Boyke Nainggolan, David Pakpahan, Divai Pasaribu, dan Defriansyah Manik turun langsung mengawasi proses penyerahan bantuan. Beatus menyebutkan bahwa bantuan kali ini merupakan kelanjutan dari distribusi tahap sebelumnya pada 8 Desember.
“Ini bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Banyak dari mereka adalah karyawan atau keluarga karyawan yang juga terdampak,” ujarnya.
Beatus menambahkan, penyaluran bantuan dilakukan atas arahan pimpinan perusahaan, Paul Baja M. Siahaan. PT Rapala sudah bergerak sejak 3 Desember di dua kabupaten tersebut, termasuk melalui sejumlah anak perusahaan yang lebih dahulu menyalurkan bantuan sejak akhir November.
Sementara itu, beberapa aktivitas perkebunan terpaksa dihentikan pada area terdampak untuk meminimalkan kerugian. Kegiatan panen dan pengiriman buah hanya berjalan di kebun yang masih aman dari banjir.
Di lapangan, warga masih membutuhkan bantuan lanjutan seperti air bersih, layanan medis, obat-obatan, pakaian layak, fasilitas sanitasi, serta pendampingan pemulihan psikologis.
“Harapannya, semakin banyak pihak ikut turun membantu agar pemulihan bisa berlangsung lebih cepat,” ujar Beatus.
Editor : Ismail