Detik - detik Air Mata Mualem Pecah Ceritakan Kampung yang Hilang: Ini Tsunami Kedua Aceh
ACEH, iNewsMedan.id – Di hadapan para pejabat dan relawan, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem tak mampu menyembunyikan kesedihannya ketika mengenang desa-desa yang tersapu banjir dan longsor pekan lalu. Suasana hening tercipta ketika ia tiba-tiba terdiam, menunduk cukup lama, lalu meneteskan air mata sebelum mengungkapkan fakta pahit yang membuat banyak orang terpukul.
Dalam tayangan yang beredar di YouTube, Mualem menggambarkan bagaimana gelombang banjir bandang dan longsor menghancurkan kampung-kampung yang telah puluhan tahun berdiri. Sawang dan Jambo Aye di Aceh Utara, hingga kawasan Bireun Peusangan, disebutnya hilang begitu saja dalam satu malam. Ia menyampaikan hal itu dengan suara yang berat dan tatapan yang kosong.
“Ada beberapa kampung hilang entah kemana pak, yaitu Sawang dan Jambo Aye, kemudian Bireun Peusangan. Malam itu empat kampung juga tak tau entah kemana,” kata Muzakir saat memberi sambutan dalam Kegiatan Apel Siaga Tim Recovery Bencana Aceh Lanud Sultan Iskandar Muda, Sabtu 29 November 2025 lalu itu.
Bagi Mualem, apa yang menimpa Aceh kali ini bukan sekadar bencana besar. Ia mengibaratkannya sebagai “tsunami kedua”—sebuah pernyataan yang membuat suasana kembali sunyi. Ia menyebut dampaknya mungkin saja lebih dahsyat dibanding tragedi 2004, terlebih karena jumlah daerah yang terdampak sangat luas dan banyak warga masih terisolasi.
“Jadi Aceh sekarang tsunami kedua pak. Jadi inilah tugas kita untuk memelayani mereka yang terdampak. Dari korban, mungkin lebih dahsyat ini daripada tsunami,” ujarnya.
Mualem menjelaskan bahwa 18 dari total 23 kabupaten/kota di Aceh terdampak banjir dan longsor. Ia menekankan bahwa penanganan harus bergerak cepat, tanpa sekat birokrasi. Membuka akses darat menjadi tugas paling mendesak agar bantuan bisa menjangkau desa-desa yang kini terputus.
“Ada 23 kabupaten di Aceh yang terdampak 18 kabupaten kota jadi hampir separuh. Paling terdampak adalah Aceh utara sampai sekarang masyarakat mereka masih terkurung di rumah termasuk bupati pak dan banyak jatuh korban pak. Kordinasi antar lintas sektor tanpa sekat jangan sampai ada jeda kemanusiaan di lapangan juga menggunakan kapal koordinasi agar keputusan dapat diambil dengan cepat dan tepat,” kata dia.
Sejumlah bantuan mulai mencapai lokasi-lokasi terisolasi seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, hingga Aceh Tamiang. Namun distribusi masih berjalan lambat karena banyak ruas jalan rusak parah dan hanya jalur udara yang dapat ditembus.
Dalam kondisi penuh luka dan kehilangan ini, suara Mualem menggambarkan duka sekaligus harapan: agar Aceh tidak menjalani bencana ini sendirian, dan setiap warga yang terjebak di kampung-kampung yang hilang segera mendapatkan pertolongan.
Editor : Ismail