iNewsMedan.id - Ada enam empat yang paling digemari jin untuk tinggal, berkumpul, dan menghabiskan waktu. Diantaranya adalah tempat yang sering kita kunjungi setiap hari.
Tempat-tempat itu antara lain laut, lubang, toilet, pasar, tempat kosong atau tak berpenghuni, serta tempat teduh dan panas.
Buku Ensiklopedia Ruqyah karya Iding Sanus menyebut laiknya manusia, jin memiliki tempat tinggal, tempat berkumpul, dan tempat mereka menghabiskan waktu. Dia menyebut enam tempat yang paling digemari makhluk ghaib ini. Pertama, laut. Iding Sanus menyatakan jin kafir suka tinggal di laut terutama jin air atau sering kita sebut jin ghowwas.
Bahkan singgasana iblis juga berada di lautan sebagaimana hadits dalam shahih Muslim. Dari Jabir ra, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya.” (HR Muslim)
Kedua, lubang. Menurut Iding, Rasulullah SAW melarang umatnya kencing di lubang, baik lubang yang tampak seperti sarang binatang atau yang mirip dengan itu. Di antara sebabnya, bisa menyakiti binatang. "Sebab lain, bisa jadi lubang itu adalah tempat tinggal jin," katanya.
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian kencing di lubang". Mereka bertanya kepada Qataadah “Apa yang menyebabkan dibencinya kencing di lubang?”. Qataadah menjawab: “Dikatakan bahwa ia adalah tempat tinggal jin”.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, toilet dan tempat najis. Iding menjelaskan tempat-tempat najis dan kotor sangat disukai oleh jin-jin kafir. Tempat-tempat kotor yang dimaksud adalah seperti kamar mandi, tempat sampah, kandang hewan dan lainnya. Iding Sanus mengaku punya pengalaman soal itu. "Jin yang suka menempati tempat-tempat najis dan kotor biasanya adalah jin kafir, adapun jin muslim biasanya menyukai tempat-tempat yang bersih, bau yang sedap, wangi-wangian seperti masjid, pesantren dan lain-nya walaupun tidak menutup kemungkinan ada jin kafir tinggal di masjid, pesantren dan lainnya," kata Iding.
Itu sebabnya Rasulullah SAW mengajarkan doa masuk kamar mandi dengan do'a meminta perlindungan kepada Allah dari setan jantan dan setan betina. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya tempat pembuangan kotoran ini didatangi (jin). Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian mendatangi toilet, hendaknyalah mengatakan: 'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari jin laki-laki dan jin perempuan” (HR Abu Dawud)
Keempat, pasar. "Jin juga suka tinggal di pasar, terutama pasar yang banyak praktik penipuan dan kecurangan," ujar Iding.
Sahabat Nabi, Salman al-Farisi , pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain: “Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para setan. Dan di pasarlah setan menancapkan benderanya.” (HR Muslim)
Kelima, tempat losong atau tak berpenghuni. Menurut Iding Sanus, yang dimaksud dengan tempat kosong, sepi dan tidak berpenghuni ini adalah seperti kuburan, lembah, padang pasir. Karena hakikatnya bangsa jin menyukai tempat-tempat yang sepi, mereka tidak menyukai keramaian.
Dalam sebuah hadits diceritakan: Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: “Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah SAW tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: “Rasulullah telah diculik dan disandera”.
Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah SAW sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: “Ya Rasulullah, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari ke sana ke mari akan tetapi kami tidak menemukan Anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan”. Rasulullah SAW kemudian bersabda:
“Malam tadi aku didatangi oleh utusan dari kelompok jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an”.
Ibnu Mas'ud kemudian berkata kembali: “Lalu kami diajak oleh Rasulullah SAW untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)”. Para Jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai makanan mereka. Rasulullah SAW menjawab: “Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah, serta semua kotoran binatang ternak kalian”.
Rasulullah SAW kemudian melanjutkan sabdanya: “Oleh karena itu, janganlah — kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan saudara kalian (golongan jin).” (HR Muslim)
Iding Sanus mengatakan, termasuk dalam masalah tempat kosong adalah di kamar rumah kita masing masing, bangsa jin suka di atas tempat tidur. Setiap tempat tidur yang ditinggalkan berarti disodorkan kepada setan untuk mereka tiduri. Bahkan tempat tidur yang sama yang selama ini kita gunakan. “Tidak ada satu kasur pun yg tergelar di dalam suatu rumah yang tidak ditiduri oleh manusia, kecuali setan akan tidur di atas kasur itu.” (Akamul Marjan fi ahkamil Jaan)
Keenam, tempat teduh dan panas. Menurut Iding Sanus, terdapat beberapa riwayat yang menegaskan larangan untuk duduk di tempat yang terkena teduh dan panas. Di antaranya dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Jika kalian berada di tempat yang panas, lalu tiba-tiba bayangan bangunan menutupi kita sebagian sehingga terkena teduh, maka hendaknya dia pindah.'” (HR Abu Dawud)
Dalam riwayat lain, dari Abu Iyadh, dari salah seorang sahabat Nabi SAW, beliau mengatakan, Rasulullah SAW melarang duduk di antara tempat yang terkena panas dan tempat yang terkena naungannya. Beliau SAW bersabda, “Itu adalah tempat duduknya setan.' (HR Ahmad)
Nabi SAW memberi alasan larangan di atas karena tempat tersebut adalah tempatnya setan, sementara kita dilarang menyerupai setan.
Ibnu Manshur pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Benarkah duduk di tempat yang terkena teduh dan panas itu makruh?” Jawab Imam Ahmad, “Itu makruh. Bukankah sudah ada larangan tentang ini?”
Karena itu, bagi mereka yang duduk di tempat yang terkena teduh dan panas, atau mereka yang duduk di tempat yang semua kena panas, agar dia berpindah ke tempat yang semuanya terkena teduh.
Dari Qais bin Abi Hazim dari ayahnya, beliau bercerita, “Nabi SAW melihat aku duduk di bawah terik matahari, lalu beliau bersabda, “Pindahlah ke tempat teduh” (HR Al-Hakim)
Editor : Chris