MEDAN, iNewsMedan.id- Median jalan di kawasan Jalan Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan menuai polemik. Mayoritas warga protes atas pembangunan median jalan itu.
Warga menilai median jalan itu bukan solusi mengatasi kemacetan. Bahkan para pedagang yang berada di kawasan itu mengeluh, omzet mereka anjlok sejak pembatas setinggi satu meter terbuat dari beton itu membelah Jalan Karya Wisata.
Warga yang menolak pun membentuk Forum Masyarakat Johor Menggugat (FMJM). Warga yang tergabung dalam FMJM ini menggelar aksi penolakan, Selasa (20/12/2022). Mereka mengumpulkan tanda tangan petisi dari warga yang menolak median jalan.
FMJM menilai, kebijakan pemasangan median jalan di Karya Wisata adalah proyek gagal Pembangunan senilai Rp4 miliar itu malah membuat masyarakat semakin kesulitan untuk beraktifitas.
Gumilar Aditya Nugroho, Koordinator FMJM mengatakan, proyek median jalan ini minim kajian. Kesan yang tertangkap adalah, proyek hanya untuk menghabiskan anggaran jelang akhir tahun.
“Warga menilai proyek ini gagal. Karena kita melihat, tidak ada analisa keijakan ini,” kata Gumilar.
Pengacara publik itu mendesak Bobby mengevaluasi dan segera membongkar median jalan itu. “Kami ingin proyek ini dihentikan. Median jalan harus dibongkar,” tukas Gumilar.
Aksi itu mendapat simpati dari mayoritas warga, pedagang, hingga ojek online. Mereka merasakan betul dampak median jalan.
Warga mendesak, Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution mengambil tindakan. Membongkar median jalan yang dibangun belum lama ini.
Salah satu pedagang yang protes adalah Yuni. Perempuan paruh baya itu merupakan pedagang dimsum di kawasan Jalan Karya Wisata. Pembangunan median jalan menampar bisnisnya. Omzetnya terus anjlok, karena sepi pembeli.
“Dari sehari bisa dapat Rp2 juta sampai Rp2,5 juta. Ini cari Rp500 ribu saja susahnya bukan main,” kata Yuni didampingi suaminya usai menandatangani petisi.
Dinilai Minim Kajian, Warga Desak Pemko Medan Bongkar Median Jalan Johor (foto: Odi Siregar/iNewsMedan.id)
Dia sepakat mendukung gerakan protes itu. Karena dirinya terdampak langsung akibat median jalan itu. Bisnisnya terancam gulung tikar.
“Kan gak mungkin kami pecatin itu pekerja. Tapi ini omzet anjlok terus,” ujarnya.
Protes juga disampaikan oleh pedagang di Johor City (J-City). Semakin hari toko – toko mereka kian sepi. Omzet toko kian kandas.
“Gara – gara Jalan ini sepi dagangan kami. Ini kan mau Natal dan Tahun baru. Gak ada yang datang ke toko kami,” ujar Tini, pemilik toko sepatu di J City.
Tini pun mengungkapkan, omzet mereka hilang hingga 35 persen per hari. Dia mendesak Pemerintah Kota Medan membongkar median jalan itu.
“Harapannya dibongkar saja lah ini. Dibuka. Ngapai ditutup lagi. Macet juga. Kami harus muter muter. Kalau dulu belum dipasang, memang agak macet. Ini tambah macet,” ujarnya.
Dampak median jalan juga dirasakan ojek online yang biasa menunggu orderan di kawasan Karya Wisata. Mereka harus memutar jauh untuk pindah ke seberang jalan. Karena tempat memutar hanya tersedia di depan Cadika yang berjarak 1,3 Km dari Simpang Karya Wisata.
“Sangat menyusahkan. Harusnya cepat, jadi lama. Kebijakan ini gak bermutu. Ini bukan jalan lintas. Ini jalan biasa. Ini bukan malah lancar, malah macet,” ujar Wanda, pengemudi ojek online yang ikut menandatangani petisi.
Selain aksi penolakan, petisi penandatanganan penolakan terhadap median Jalan Karya Wisata juga bergulir secara online. Di laman change.org, petisi penolakan sudah ditandatangani 2.544 orang terpantau pada pukul 15.55 WIB.
Wali Kota Bobby sudah berkomentar soal median jalan itu. Kata dia, tujuannya untuk menertibkan lalu lintas. Bobby pun terkesan menyalahkan masyarakat yang beraktifitas dan memakan badan jalan.
"Di sana banyak terdapat aktifitas ekonomi masyarakat, namun minim kesadaran kita untuk sama-sama menjaga ketertiban lalu lintas. Jadi, harapan kita dengan dibuatnya pembatas jalan ini dapat memahami apa yang menjadi tanggung jawab kita dan mengikuti aturan yang ada. Jangan berjualan di pinggir jalan menuju ke tengah jalan," kata Bobby.
Editor : Jafar Sembiring