JAKARTA, iNewsMedan.id - Hewan endemik Bandekut atau bandikut (Bahasa Inggris : Bandicoot) dikenal masyarakat Papua dengan sebutan tikus babi.
Hewan pengerat ini mirip tikus dengan mulut memanjang seperti babi dan kaki belakang mirip kangguru.
Secara ilmiah, bandikut merupakan hewan marsupialia atau berkantong mirip tikus besar dengan hidung panjang yang masuk ke dalam orde Peramelemorphia. Spesiesnya ada sekitar 20 jenis di dunia dengan ukuran kecil hingga sedang.
Tikus babi ini jenis hewan nokturnal, soliter dan omnivora yang banyak ditemukan di Papua dan Papua Nugini hingga sedikit di pesisir utara dan timur Australia.
Ciri fisiknya sepintas mirip tikus dengan bulu-bulu tipis di bagian telinga. Bagian moncongnya panjang dan meruncing serta selalu mengendus, menandakan hewan ini punya penciuman tajam.
Kaki belakang bandikut lebih panjang dari kaki depan yang mirip kanguru atau walabi. Inilah mengapa bandikut mampu berlari kencang dan melompat.
Pada tungkai kaki depan yang pendek memiliki tiga cakar untuk menggali tanah dan hasil pertanian masyarakat seperti umbi-umbian. Selain itu, bandikut juga memangsa serangga di perkebunan.
Populasinya tersebar luas di dataran rendah pada habitat hutan tertutup, hutan terbuka, padang rumput dan semak belukar yang lebih kering. Lokasinya terletak di Pulau Waigeo, Biak dan Yapen serta bagian utara dan timur Manokwari, Merauke serta selatan New Guinea.
Tikus bandikut ini sering menjadi hama bagi manusia karena mengonsumsi tanaman pertanian seperti singkong, keladi, betatas atau ubi jalar dan lain-lain. Tak heran, bandikut kerap menjadi musuh para petani.
Masyarakat setempat juga kerap mengonsumsi daging bandikut. Tak sedikit hewan berkantong ini diburu untuk dijual secara eceran maupun konsumsi sehari-hari.
Artikel ini telah terbit di halaman iNewsPapua.id dengan judul Bandekut, Tikus Babi Salah Satu Hewan Endemik Papua
Editor : Odi Siregar