JAKARTA, iNewsMedan.id - Alasan kenapa Indonesia tidak pernah lolos Piala Dunia menjadi topik akan terus menarik untuk dibahas. Sebab, Piala Dunia sampai saat ini masih menjadi mimpi yang sulit dicapai oleh sepak bola Tanah Air.
Meski sepak bola adalah olahraga yang sangat populer di Indonesia dan memiliki animo serta pengaruh besar, nyatanya Timnas Garuda sampai saat ini masih belum mampu meramaikan ajang bergengsi itu.
Jangankan tampil di Piala Dunia, prestasi Timnas di level Asia saja masih belum menorehkan catatan yang berarti. Bahkan di level ASEAN atau AFF saja, prestasi terbaik Indonesia hanyalah sebatas 6 kali runner up.
Lantas, apa yang membuat Indonesia begitu sulit tembus masuk ke Piala Dunia? Berikut ini adalah ulasannya yang dilansir iNews.id, Jumat (2/9/2022).
Alasan Kenapa Indonesia Tidak Pernah Lolos Piala Dunia
Besarnya jumlah penduduk semestinya membuat Indonesia tidak kekurangan talenta-talenta berbakat. Namun, sejauh ini Indonesia paling banter hanya selalu kandas di babak kualifikasi.
Sebagai contoh, sebut saja pengalaman terakhir Indonesia yang babak belur pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.
Tim asuhan Shin Tae-yong menjadi bulan-bulanan di Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia setelah sama sekali tidak tidak bisa menang dan hanya meraih satu poin dari 8 pertandingan dan tenggelam di dasar klasemen Grup G.
Setidaknya, ada beberapa faktor yang membuat kualitas sepak bola Indonesia sulit berkembang. Antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya Pembinaan Usia Dini
Pembinaan usia dini adalah faktor kunci berkembangnya sepak bola di sebuah negara. Sebut saja sebagaimana yang telah diterapkan di Spanyol sejak lama, anak yang mempunyai minat pada sepak bola telah dibentuk sejak usia paling tidak 5 tahun.
Berkaca pada Indonesia, masih belum banyak akademi sepak bola yang membentuk tunas muda sejak usia belia. Anak-anak umumnya mulai bermain bola di usia rata-rata 10 tahun atau baru bergabung di klub pada usia sekitar 15 tahun.
2. Kompetisi dan Klub di Indonesia Masih Berkembang
Klub-klub di Liga Indonesia masih perlu dimajukan. Maksudnya, dalam hal ini PSSI selaku federasi perlu campur tangan agar klub di Indonesia semakin lebih baik.
Klub perlu dikelola secara profesional dalam segala aspek. Mulai dari sistem, manajemen, hingga infrastruktur dan fasilitas mumpuni. Nyatanya, belum banyak profesional di Indonesia yang bahkan punya training ground pribadi yang mumpuni.
Selain itu, para pemain terbaik sebuah negara semestinya diharapkan muncul dari kompetisi lokal. Sayang, kompetisi sepak bola Indonesia masih jauh dari kata sempurna.
Diakui atau tidak, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dari kompetisi sepak bola Indonesia. Meski begitu, PSSI dan PT LIB pasti telah bekerja keras agar kompetisi sepak bola Indonesia lebih berkualitas dan dapat menjadi wadah untuk melahirkan bakat-bakat nasional.
3. Minimnya Pelatih Berkualitas
Bicara tentang kualitas pelatih, harus diakui bahwa saat ini belum banyak dari pelatih lokal yang memiliki lisensi A. Hal secara langsung tentu saja mempengaruhi perkembangan olahraga sepak bola di Tanah Air.
Sebab, tim yang hebat perlu dibentuk dari pelatih yang tidak kalah hebat. Ini menjadi pekerjaan rumah PSSI untuk membentuk dan melahirkan pelatih-pelatih yang lebih berkualitas.
Berkaca pada Sejarah
Dilansir iNews.id dari laman resmi FIFA, Timnas Indonesia pernah ikut turnamen sepak bola paling bergengsi di jagat, tepatnya pada Piala Dunia tahun 1938 di Prancis.
Pada gelaran Piala Dunia ke-3 tersebut, Timnas Indonesia tentunya masih bernama Hindia Belanda. Debut Hindia Belanda di turnamen empat tahunan itu terjadi pada tanggal 5 Juni 1938 di Reims, Prancis. Saat itu, tim yang menjadi buyut Timnas Indonesia menghadapi Hungaria.
Selain Hindia Belanda, Jepang sebenarnya menjadi tim Asia lainnya yang sempat mendaftar untuk kualifikasi Piala Dunia. Namun karena Jepang mundur, Hindia Belanda menjadi satu-satunya tim wakil Asia di ajang tersebut.
FIFA mencatat, saat itu ada dua asosiasi sepak bola di Hindia Belanda. Satu adalah untuk pemain Belanda dan satunya lagi untuk pemain lokal. Akhirnya dilakukan seleksi pemain dari kedua federasi sebelum melakukan perjalanan ke Eropa. Hal itu sebenarnya tidak berjalan mulus karena sejumlah pemain lokal menolak bermain untuk penguasa kolonial.
Sayangnya, Hindia Belanda saat terpaksa mengakui keunggulan Hungaria dengan skor telak 0-6. Hal itu tak lain adalah minimnya pengalaman Timnas menghadapi tim-tim kuat Eropa.
Timnas saat itu sejatinya sempat membobol gawang Hungaria melalui Isaac Pattiwael (pemain kelahiran 1914, meninggal dunia pada 1987). Namun, gol Isaac Pattiwael tersebut dianulir wasit dan membuat Timnas harus mengakhiri pertandingan dengan tanpa pecah telur.
Karena Piala Dunia saat itu sepenuhnya dimainkan dalam format sistem gugur, kekalahan atas Hungaria itu menjadi akhir untuk tim pertama Asia di Piala Dunia.
Salah satu pemain sekaligus saksi atas tampilnya Timnas Indonesia di Piala Dunia 1938 adalah Isaac ‘Tjaak’ Pattiwael. Ia mengaku sangat bangga karena bisa membela Tanah Air di ajang Internasional paling bergengsi.
Setelah merdeka, Indonesia adalah salah satu anggota pendiri Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) yang belum lolos ke Piala Dunia sendiri. Pada tahun 1986, Indonesia sebenarnya berpeluang lolos kualifikasi.
Namun, Timnas Garuda harus mengakui keunggulan Korea Selatan di babak kedua kualifikasi zona Asia. Pada Kualifikasi Piala Dunia 2022, timnas Indonesia belum juga bangkit karena nyatanya malah terperosok di dasar klasemen Grup K tanpa mengoleksi satu poin sama sekali alias 0.
Editor : Odi Siregar