LABUSEL, iNewsMedan.id - Perusahaan pengembang teknologi Biogas (BioCNG), KIS Group Sustainability bersama Perusahaan Internasional Perkebunan Kelapa Sawit, SIPEF Group, secara resmi mengumumkan operasional pabrik BioCNG mereka.
Fasilitas ini merupakan pabrik BioCNG pertama milik SIPEF sekaligus pabrik BioCNG ketiga yang dikembangkan KIS Group Sustainability di Indonesia.
Berlokasi di PT Tolan Tiga Indonesia di Desa Parlabian, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, fasilitas ini dirancang untuk memproduksi 109.620 MMBtu BioCNG per tahun, setara dengan pengurangan impor bahan bakar fosil. Melalui teknologi penangkapan metana, pabrik ini juga mampu mengurangi 54.810 ton CO₂e per tahun, menjadikannya salah satu proyek pengurangan emisi berbasis limbah terbesar di Indonesia.
Selain manfaat lingkungan, setiap pabrik BioCNG yang dibangun menciptakan sekitar 20 lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan di wilayah Sumatra Utara dan PT Unilever Oleochemical Indonesia menjadi pembeli utama BioCNG dari fasilitas ini.
“Pabrik BioCNG ini menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat mengubah limbah pabrik kelapa sawit menjadi energi bersih yang memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujar CEO KIS Group, KR Raghunath dalam keterangannya usai peresmian pembangunan Pabrik BioCNG ke-3 ini, Jumat 6 Desember 2025.
Raghunath juga menjelaskan bahwa pembangunan Pabrik BioCNG ke-3 ini merepresentasikan pengeluaran sebesar USD 3.561.000 (IDR59.400.000.000). Secara total, PT KIS Biofuels Indonesia telah berinvestasi USD 12.189.000 (IDR187.800.000.000) untuk membangun tiga pabrik BioCNG dalam waktu yang sangat singkat—menciptakan 60 lapangan kerja hijau bagi masyarakat lokal, mengurangi total 165.000 ton emisi CO₂, serta mengurangi impor bahan bakar fosil melalui produksi BioMethane sebesar 315.000 MMBtu per tahun.
Sedangkan Wakil Bupati Labusel Syahdian Purba Siboro mengapresiasi KIS Group yang menghadirkan proyek berukuran komersial dengan kapasitas produksi 109.620 biofuel per tahun, serta mampu memberikan kontribusi penurunan emisi. Hal ini juga membuktikan bahwa potensi besar di Labusel dapat dikembangkan menjadi peluang energi hijau yang mendorong, memperkuat ketahanan energi daerah, serta menghadirkan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Ke depan, pemerintah daerah melihat peluang yang lebih luas untuk pengembangan energi bersih lainnya, termasuk biomassa, biofuel, pemanfaatan limbah perkebunan, hingga inisiatif sirkular ekonomi, dengan dukungan investasi inovasi teknologi serta pengobatan yang tepat,” ucap Syahdian.
Managing Director SIPEF, Petra Meekers, menyatakan pencapaian ini menunjukkan komitmen SIPEF terhadap pengelolaan produk sampingan yang bertanggung jawab dan mengurangi jejak karbon. Dengan menangkap metana dari limbah cair pabrik kelapa sawit dan mengubahnya menjadi BioCNG.
“Kami mengubah produk sampingan menjadi sumber energi terbarukan yang bernilai, menciptakan nilai sirkular bagi operasional kami dan komunitas di wilayah tempat kami beroperasi,” tutupnya.
Plt Koordinator Bidang Investasi dan Kerjasama Bioenergi, Unsaini Sabrini Taqfir mengatakan jika Kementerian ESDM telah menerbitkan 4 perizinan, dua diantaranya PT KIS. Yakni, unit pertama dengan kapasitas 1.500 Nm3 yang berlokasi di Kabupaten Belangkahan, Sumatera Utara dan unit kedua PT KIS dengan kapasitas 1.500 Nm3 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
“Pemanfaatan biometana tidak hanya mendukung diversifikasi sumber energi, tetapi juga berkontribusi pada pengolahan limbah yang produktif, pengurangan emisi metana, dan terciptanya peluang ekonomi hijau di tingkat lokal,” sebut Unsaini.
Editor : Ismail
Artikel Terkait
