Pantauan Hilal di Medan Tak Terlihat, OIF UMSU: Hilal Terlalu Rendah di Posisi 1 Derajat 45 Menit

Jafar
Observatorium Ilmu Falak - Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF-UMSU) melakukan pemantauan hilal di Kota Medan. Jumat, (1/3/2022). (Foto: Istimewa).

MEDAN, iNews.id - Pemantauan Hilal untuk melihat 1 Ramadan 1443 Hijrah yang dilakukan Observatorium Ilmu Falak - Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF-UMSU) di Kota Medan tidak terlihat karena posisi hilal terlalu rendah. 

Kepala OIF UMSU Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar mengatakan bahwa OIF UMSU melakukan pemantauan lewat teleskop yang telah mereka siapkan pada pukul 18.34 WIB. Namun, tidak berhasil melihat hilal dikarenakan posisi hilal terlalu rendah. Hilal masih berada pada posisi 1 derajat 45 menit. 

"Tadi kita lakukan pengamatan. Ternyata itu tidak muncul. Tidak berhasil kita lihat," kata Arwin, Jumat (1/4/2022) malam.

Arwin menjelaskan, faktor hilal tidak teramati karena posisinya terlalu rendah. Sementara, selama OIF UMSU berdiri, hilal paling rendah bisa teramati pada posisi 8 derajat.

"Itu pun hasil pemantauan di stasiun BMKG di Barus, Tapanuli Tengah. Sekitar dua tahun lalu. Jadi di atas 3 derajat, 5 derajat sekali pun tim OIF UMSU belum pernah berhasil. Walaupun dengan menggunakan teleskop yang canggih ini," jelas Arwin. 

Arwin mengungkapkan, pengamatan hilal tidak sesederhana yang terlihat. Banyak faktor yang memengaruhi pengamatan. Mulai dari faktor alam, kesiapan sumber daya manusia, teknologi dan lainnya. 

"Di Indonesia selama ini, hilal pernah teramati pada posisi 5 derajat. "Kalau cuaca hari ini secara umum baik. Hanya saja bisa kita lihat tadi di ufuk Barat, itu memang ada awan yang menutupi posisi atau keberadaan Hilal itu muncul," ungkapnya. 

Bagi Muhammadiyah, kata Arwin, mereka sudah lama mengeluarkan maklumat. Sehingga, untuk menentukan 1 Ramadan, tidak perlu dilakukan pengamatan hilal. Karena secara perhitungan, hilal dianggap sudah wujud. Muhammadiyah sudah menggelar tarawih malam ini dan akan berpuasa pada 2 April 2022.

"Kalau Muhammadiyah menggunakan namanya, Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Melalui metode itu, Muhammadiyah sudah menganggap putaran bumi sempurna mengelilingi bulan," terang Arwin. 

"Sehingga menurut Muhammadiyah itu 1 bulan Qomariah 1 bulan Sya'ban semua itu sudah terjadi hingga malam hari ini sudah dinyatakan langsung bulan baru yaitu tanggal 1 Ramadan," tandas Kepala OIF UMSU itu. 

Sementara itu, Kementerian Agama telah menggunakan kriteria MABIMS atau Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Yaitu tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Di mana, Kementerian Agama Republik Indonesia menetapkan awal Ramadan pada Minggu 3 April 2022.

Editor : Odi Siregar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network